SUMATERAEKSPRES.ID - Makan nasi di Indonesia bukan hanya sebuah kebiasaan, tetapi hampir bisa dianggap sebagai suatu keharusan.
Beberapa orang bahkan menyatakan belum benar-benar makan jika belum menyantap nasi. Namun, di antara penikmat nasi, terdapat perdebatan kecil yang tak terelakkan, nasi panas versus nasi dingin. Meskipun terbagi menjadi dua kubu, pertanyaannya tetap, manakah yang lebih sehat?
Melansir dari berbagai sumber kesehatan, nasi utamanya terdiri dari karbohidrat, membentuk sekitar 80 persen dari berat nasi. Selain itu, nasi juga mengandung zat pati, yang terbagi menjadi amilosa dan amilopektin.
Ketika nasi panas dikonsumsi, zat pati tersebut terurai menjadi glukosa di perut, memberikan pasokan energi harian yang cepat terpenuhi. Oleh karena itu, nasi panas sering menjadi pilihan untuk memulihkan energi dengan cepat.
Nasi dingin juga mengandung nutrisi dasar yang serupa dengan nasi panas. Namun, perbedaannya terletak pada jenis pati yang terdapat dalam nasi dingin, yang telah mengalami retrogradasi dan menjadi pati resisten. Pati resisten ini bermanfaat bagi bakteri dalam saluran pencernaan.
Mengonsumsi nasi dingin yang telah disimpan dapat membantu menurunkan kadar gula darah, meningkatkan kesehatan usus, dan memperbaiki kadar kolesterol. Proses pendinginan nasi juga diketahui dapat mengikat molekul gula.
Antara Nasi Dingin dan Nasi Panas
Meskipun nasi dingin memiliki keuntungan seperti indeks glikemik yang lebih rendah, menghangatkan atau mengonsumsi kembali nasi dingin dapat meningkatkan risiko keracunan makanan akibat bakteri Bacillus cereus.
Bakteri ini dapat menyebabkan gejala seperti mual, diare, atau muntah dalam waktu singkat setelah konsumsi. Meskipun infeksi umumnya ringan, bagi mereka dengan sistem kekebalan yang lemah, ini bisa menjadi ancaman serius.
Tentu saja, nasi panas tetap mengandung nutrisi seperti karbohidrat, mineral, dan zat lain yang dibutuhkan tubuh. Meski mengandung glukosa lebih tinggi daripada nasi dingin, nasi panas tidak dapat dianggap sebagai musuh kesehatan. Jadi, memilih antara nasi panas atau nasi dingin sebenarnya tergantung pada kondisi kesehatan masing-masing.
Berbagai sumber mengatakan, nasi dingin atau nasi yang dipanaskan kembali dapat meningkatkan risiko keracunan makanan, terutama untuk mereka yang rentan.
Namun, nasi dingin memiliki indeks glikemik yang lebih rendah, aman untuk penderita diabetes, dan dapat membuat kenyang lebih lama. Selain itu, pencernaan yang lebih lambat membantu tubuh mengoptimalkan pengolahan gula.
Makan nasi panas tidak perlu dianggap sebagai tindakan yang buruk, terutama jika tidak ada kondisi kesehatan tertentu yang terkait dengan gula darah.
Namun, tetap disarankan untuk membatasi konsumsi atau menggantinya dengan karbohidrat kompleks lainnya untuk menjaga kesehatan tubuh. Pilihan antara nasi panas atau nasi dingin sebenarnya tergantung pada kondisi kesehatan pribadi.
Jadi, jika kamu masih bingung, konsultasikan dengan ahli medis atau ahli gizi untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas. Ingatlah selalu untuk menyesuaikan konsumsi nasi dengan kebutuhan kesehatan dan gaya hidupmu.