Mengenal Zuriat Ke-3 Dalang Wayang Kulit Palembang, Kiagus Wirawan Rusdi
SUMATERAEKSPRES.ID - Kesenian wayang kulit Palembang terkesan ditinggalkan karena banyaknya ragam hiburan dan budaya lain yang masuk. Seiring perkembangan zaman, peminat wayang kulit pun berkurang. Tapi dalang wayang kulit Palembang yang kini tinggal satu-satunya di Palembang, Kiagus Wirawan Rusdi Rasyid berusaha tetap melestarikan.
Agustina Saridewi - PALEMBANG
KEBERADAAN wayang kulit Palembang semakin jarang ditemui, karena mungkin tidak ada lagi dalang penerusnya. Acara-acara pemerintahan, kesenian, hiburan, dan sebagainya pun sudah jarang menampilkan wayang kulit Palembang. Padahal di Palembang masih ada dalangnya, meski ia satu-satunya.
Namanya Kiagus Wirawan Rusdi Rasyid sebagai zuriat ketiga Sanggar Sri Wayang Kulit Palembang, sanggar satu-satunya yang masih ada. Zuriat pertama atau pendiri sanggar itu M Rasyid (1950), zuriat kedua Rusdi Rasyid (1970-1980-an), setelah itu wayang kulit Palembang mati suri hingga 2004, baru kemudian Wirawan Rusdi sebagai seorang anak meneruskan kembali.
Meski saat ini dirinya merupakan dalang wayang kulit Palembang satu-satunya, tapi ia meyakini ia bukan dalang terakhir. "Kan belum tahu ke depan bakal ada penerus atau tidak, memang saat ini belum ada," tegasnya.
Dirinya sendiri mulai menggeluti kesenian ini sejak tahun 2004 karena merasa terpanggil dan bertanggung jawab terhadap pelestarian wayang kulit Palembang. "Saya merasa bertanggung jawab melestarikan budaya dan warisan keluarga saya," katanya. Walau tidak bisa berbuat apa-apa jika nanti wayang kulit Palembang punah, namun ia tetap optimis bakal ada penerusnya.
Jauh sebelum ini wayang Palembang mati suri karena permainan ini tak diturunkan ke anak-anak atau pewarisnya, baik itu dari permainan wayang, cara menabuh gamelan, dan sebagainya. "Kemudian fisik dari wayang juga banyak yang rusak, tangannya patah, kakinya koyak karena wayang ini kan terbuat dari kulit, atau cat-cat yang kini juga mengelupas," jelasnya.
Di Palembang juga saat ini tak ada pengrajin wayang, bahan baku pembuatan wayang seperti bahan dari kulit kerbau di Palembang tidak ada harus didatangkan dari Pulau Jawa. "Kemudian dulu hubungan antara Palembang dan Jawa tidak selancar sekarang, transportasinya ada, pesan online juga bisa," ujarnya.
Dikatakan, wayang berasal dari bahasa Jawa berarti bayangan atau cerminan dari sejumlah sifat yang dimiliki manusia. Misalnya jahat, serakah, pelit, dan lainnya. "Seni wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni pahat, dan seni perlambang wayang memiliki sejarah yang panjang. Kesenian wayang sudah ada di zaman kerajaan Hindu Buddha. Wayang digunakan para ulama untuk menyebarkan dakwah di Nusantara, salah satunya Sunan Kalijaga," paparnya.
Untuk tokoh-tokoh dalam perwayangan, yakni ada tokoh dewa, satna, raja/ratu 4, perempuan, golongan panakawan, raksasa, golongan patih, pertapa, dan pendeta, serta tokoh-tokoh wayang berbentuk hewan. “Wayang Palembang tak beda jauh dengan wayang yang ada di Pulau Jawa. Bedanya pada pewarnaan warna kulit wayang Palembang merah tembaga, tapi wayang Jawa berkulit emas, motif songket kuning emas," ujarnya.
Cerita-cerita wayang Palembang tetap sama mengambil dan latar belakang Ramayana & Mahabarata. “Dulu penyampaian menggunakan bahasa Palembang halus hampir sama dengan bahasa Jawa, tapi makin ke sini orang Palembang tak mengerti jadi disesuaikan dengan dicampur misal adik bertanya dengan kakak menggunakan bahasa Palembang halus dan kakak menjawab dengan bahasa Palembang sehari-hari, sehingga penonton dapat mengerti," paparnya.
Untuk melestarikan wayang Palembang, ia melakukan penyebar luasan lewat media seperti Youtube, media mainstream, ataupun wartawan. "Sekarang pagelaran wayang kulit tak lepas dari lokasi yang harus besar. Untuk pagelaran kita juga menunggu orang atau instansi yang mau menggelar pertunjukan ini," pungkasnya. (*/fad/)