PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Ada yang pendiam, periang bahkan ada yang keras kepala. Menghadapi anak keras kepala bukanlah hal yang mudah.
Harus butuh kesabaran ekstra untuk mengubah perilaku anaknya. Anak keras kepala biasanya sulit diatur. Hanya menuruti keinginannya sendiri. Hal inilah yang dialami Sari (36). Anak tunggalnya yang berusia 6 tahun sering kali ngambek jika keinginannya tak dituruti.
‘’Jika dia menginginkan sesuatu harus dituruti, jika tidak dia akan menangis. Tak jarang dia juga membanting pintu dan mencari perhatian lainnya agak kemauannya dituruti,’’ katanya.
Psikolog Anak Rumah Sakit (RS) Charitas Palembang, Devi Delia, MPsi mengatakan, orang menyebut anak keras kepala bila anak tersebut sering membantah omongan dari orang lain. ‘’Biasanya anak melakukan penolakan karena tidak mau mengikuti keinginan orang lain.
Mereka cenderung lebih mengikuti keinginan hatinya tanpa ada alasan dan penjelasan yang jelas," ujarnya. Anak keras kepala cenderung terbiasa mengikuti kehendaknya tanpa mendengarkan pendapat atau instruksi orang lain. ‘’Kebiasaan seperti ini akan menjadi masalah ketika anak terjun di masyarakat, berhadapan dengan orang lain atau berkumpul dengan temannya," jelasnya.
Selain itu, anak akan kesulitan beradaptasi. Dia selalu ingin orang lain ikut aturannya. "Jika tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya akan menunjukkan emosi kemarahan dan bentuk protes. Anak-anak dengan perilaku seperti ini sering disebut perilaku tantrum," ujarnya.
Menyikapi anak seperti ini, orang tua harus bersikap bijak. Harus bisa menenangkan diri sendiri. ‘’Lalu, bisa melihat dari sudut pandang mereka (anak, red) dengan begitu tidak akan terpancing emosi.
Misal, Ayo mandi, dia tidak mau mandi. Terus kamu mau apa, saya mau main! Oke kamu main sampai jam berapa. Pola ini setidaknya kita bisa masuk apa yang dia (anak) mau," ujarnya.
Mislanya lagi, menyuruhnya makan. "Ayo makan, terus dia bilang tidak mau makan. Kasih pilihan mau makan lauk ayam apa lauk ikan, ketika dia bersikeras tak mau makan, ok tidak mau terus kamu mau apa, kalau mau main ok main sampai jam berapa, habis itu kita makan,’’ katanya.
Dikatakan, jika orang tua memaksakan kehendaknya tentu akan menjadi konflik. Permasalahan tak akan selesai. ‘’Anak keras kepala juga akan protes saat diperintah. Siapa yang main harus beresin, jika dia tidak mau merapikan orang tua harus terlibat.
Jika kita terlibat mesti hanya satu dua dia akan ikut. Harapan ke depannya akan memiliki rasa tanggung jawab,’’ ujarnya yang juga meminta orang tua harus memberi pengertian. (nni/)