Mengenal Reno Saputra, Penerima Beasiswa Akamigas dari PHR Zona 4
SUMATERAEKSPRES.ID - Namanya Reno Saputra (28). Dia penerima beasiswa Akamigas angkatan pertama yang dibiayai Pertamina Hulu Rokan (PHR) Zona 4 (dulunya Pertamina EP asset 2 Prabumulih). Walaupun dari keluarga tak berkecukupan, ia tetap semangat sekolah demi penghidupan lebih baik.
Dian Cahyani - SUMSEL
RENO anak pertama dari dua bersaudara, pasangan Argo Prayoga dan Aminah. Dia sempat putus asa melanjutkan pendidikannya setelah tamat SMA YPIP Pendopo, Kabupaten Pali tahun 2014. Bukan tak mau usaha, dia hanya mencoba "tahu diri" dengan keadaannya saat itu. Punya orang tua broken home dan terpaksa tinggal "menumpang" bersama orang tua angkat serta sehari-hari menjadi tukang bantu-bantu di toko roti milik paman dan bibinya.
Setiap hari, pria kelahiran Pendopo, 27 Januari 1995 itu membantu paman dan bibinya membuat adonan roti dan mengantarkan pesanan ke rumah-rumah pelanggan setiap pulang sekolah dan hari libur. Hari-hari cukup berat dengan anak seusianya saat itu. Belum lagi, saat tebersit dalam benaknya melihat keadaan orang tua yang masih ada namun tak lagi tinggal bersama.
Sempat bercita-cita sebagai guru Matematika, namun pupus karena khawatir menjadi guru belum bisa mengangkat derajat keluarga. "Karena saat itu, jadi guru di tempat tinggalku hanya digaji Rp300 ribu sebulan," kata Reno, Senin (23/10).
Suatu ketika, datanglah salah-satu lembaga pendidikan di Palembang (Palcomtech) yang mengadakan sayembara ke sekolahnya. Bermodal nekat, ia lalu mendaftar jurusan Teknik Informatika. Setelah dinyatakan lulus, dia harap-harap cemas membayar uang pendaftaran. Terbersit olehnya, uang tabungan yang dikumpulkan dari membantu jualan roti tak cukup. Namun keinginan melanjutkan kuliah sangat besar.
Hari berganti hari. Suatu ketika di bulan Ramadhan, dia berkumpul dan berbuka bersama teman-teman sekelas sekaligus merayakan kelulusan SMA. Di sana, pemuda yang akrab disapa Boy itu mendengar cerita dari kawannya bahwa Pertamina membuka sayembara beasiswa Akamigas. "Katanya gratis, dari ujung kuku sampai ujung rambut semuanya dibiayain. Sayang, waktu tersisa 1 hari lagi," sambungnya.
Keesokan harinya, pendaftaran beasiswa ditutup pukul 16.00 WIB. Paman sekaligus ayah angkatnya, memotivasi Reno untuk ikut mendaftar dan mencoba mencari peruntungan pendidikan jalur beasiswa. "Saya disuruh untuk mengurus semua persyaratan, semua pekerjaan boleh ditinggal dulu," ujarnya. Teringat betul, saat itu Reno berniat mengantarkan beberapa kardus air mineral pesanan pelanggan.
Satu persatu persyaratan mulai terkumpul. Namun laki-laki lulusan SMPN 1 Pendopo Pali itu sempat kesulitan mendapatkan KK (Kartu Keluarga). "Karena terpencar-pencar rumah orang tua. Akhirnya saya menemui ayah yang sedang bekerja nukang (tukang bangunan, red) dan menemui ibu (IRT) di rumahnya yang lain," sebutnya yang mengaku berkas baru terkumpul pukul 14.30 WIB.
Satu minggu kemudian, Reno mendapatkan SMS yang menyatakan dirinya lulus seleksi administrasi. Naik travel bersama teman-teman dari Pali yang berjumlah sekira 20-25 orang, dia berangkat ke Prabumulih mengikuti psikotes. Seminggu kemudian, pemuda lulusan SDN 3 Pali itu kembali mendapatkan SMS yang menyatakan dirinya lolos psikotes dan maju ke tes kesehatan.
"Saingan dari Pali tersisa 10-15 orang saat itu,” katanya. Naik travel pukul 03.00 WIB dan sampai pukul 05.00 WIB di Prabumulih dengan keadaan "mabuk" mobil lantaran belum sarapan. Dia lantas diambil darah dan disuruh berkeliling lapangan. Beruntung Reno kembali menerima panggilan untuk tes wawancara.
Masih ingat betul dalam benaknya, ada 3 orang mewawancarainya, di antaranya perwakilan dari Akamigas. Saat itu, Reno belum tahu banyak tentang Pertamina, meskipun dia tinggal dalam komplek Pertamina dengan berjualan roti. Yang dia tahu, Pertamina "banyak duit" nya dan tujuannya ikut tes beasiswa untuk sekolah gratis, meningkatkan ekonomi keluarga, dan menjadi orang sukses meskipun ia bukan terlahir dari keluarga kaya dan berada. "Mungkin kalau tidak lulus beasiswa, saya sudah jadi begal Mbak," tutur Reno.
Beruntung, 2 minggu lebih menunggu kabar sambil jualan roti, dia dinyatakan lulus bersama seorang temannya dari Pali bernama Budi. Pada tahap awal, ada 200 lebih calon penerima beasiswa yang ikut tes dari berbagai Kabupaten/Kota di Sumsel dan daerah ring 1 Pertamina.
September 2014, dia mulai kuliah di Akamigas Palembang. "Seperti yang saya dan teman-teman bilang, semuanya gratis dari ujung kuku sampai ujung rambut," katanya terbahak. Mulai dari uang saku Rp500 ribu perbulan, uang pulsa Rp50 ribu/bulan, hingga THR (Tunjangan Hari Raya) pun dapat. Syaratnya IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) minimal 3.00. Beruntung selama 3 tahun kuliah ia selalu mendapat IPK tinggi. "Karena saya tidak mau mengecewakan orang banyak. Apalagi bisa kuliah gratis adalah anugerah terbesar dalam hidup saya," akunya.