SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID – Asap masih menyelimuti wilayah Palembang. Pekat saat malam dan pagi hari. Bukti kalau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada beberapa daerah rawan belum berakhir.
Asap karhutla itu salah satu yang menyebabkan polusi. Hasil pengukuran kualitas udara IQAir di Sumsel Jumat (27/10) pagi, pukul 06.00 WIB, tercatat cukup merata.
Kota Palembang paling tinggi dengan indeks 253, sangat tidak sehat. Bahkan pukul 07.00 WIB naik jadi 301, kategori berbahaya.
Sedangkan daerah lain di Sumsel indeks polusinya di bawah 200, yang artinya tidak sehat. Tercatat, Indralaya, Kayuagung dan Prabumulih, masing-masing 165. Lalu, Muara Enim dan Talang Ubi PALI 162.
BACA JUGA:Api Melanda Kawasan Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang, Penyebab Kebakaran Masih Misteri
BACA JUGA:Terekam CCTV, Bermodal Samurai Pria Tanpa Celana Gagalkan Kawanan Pencuri Motor Bersenpi
Sekayu 161. Sedangkan Baturaja OKU dan Lahat 158. Muara Dua OKUS 154, Martapura OKUT 152, Muara Beliti Mura 151, Tebing Tinggi Empat Lawang 142, Muara Rupit Muratara 137, Pagaralam 105 dan Pangkalan Balai Banyuasin 53.
Kalaksa BPBD Ogan Ilir, Edi Rahmat menjelaskan, jumlah titik karhutla sempat berkurang karena beberapa kali turun hujan dalam sepekan terakhir. Tapi tidak berlangsung lama. Cuaca yang masih panas membuat hot spot kembali muncul dan terjadi karhutla lagi.
"Pertengahan Oktober lalu bisa mencapai 10 titik karhutla per hari. Lalu, 19 -21 Oktober turun jadi 2-3 titik saja per hari. Bahkan 22 Oktober nihil kejadian," ungkapnya, kemarin.
Dua hari terakhir, kembali terdeteksi 3-4 titik karhutla per hari.
Pada Kamis lalu ada 4 titik, yaitu 2 titik di Desa Tanjung Raja Timur, satu di Tanjung Raja Selatan dan satu lagi Muara Kuang. “Hari ini (Jumat) ada tiga titik di Desa Tanjung Dayang Selatan, Payakabung dan Tanjung Baru," tuturnya.
BACA JUGA:Baliho Bertaburan, Berpotensi Membahayakan
BACA JUGA:Selebrasi Literasi Budayakan Literasi Sebagai Gaya Hidup
Kepala Dinkes Ogan Ilir, Hendra Kudeta menambahkan, kabut asap hasil karhutla berdampak pada meningkatnya kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). September 2023, sekitar 350 orang di Ogan Ilir mengidap gangguan ISPA. “Jumlahnya terus meningkat. Hingga akhir Oktober ini sudah mencapai 547 kunjungan rawat jalan pasien ISPA," bebernya.
Penderita ISPA ini kebanyakan anak-anak di bawah lima tahun atau balita hingga usia 15 tahun. Masyarakat diimbau untuk melindungi diri dari polusi asap dengan mengurangi aktivitas di luar rumah. Terutama bagi warga yang punya riwayat penyakit jantung dan gangguan pernapasan.