FENOMENA pinjaman online (pinjol), telah menjadi salah satu tren yang signifikan dalam dunia keuangan. Banyak orang mengandalkan pinjol untuk memenuhi kebutuhan finansial, lantaran terdesak ekonomi. Pengamat sosial dan kebijakan publik Sumsel, Dr M Husni Thamrin, menilai faktor utama yang mendorong orang untuk memilih pinjol adalah kemudahan dalam proses pengajuan, dan persyaratan yang sederhana. Pinjol menawarkan solusi instan bagi mereka yang membutuhkan dana dengan cepat. Tanpa kerumitan administratif, seperti dengan bank atau lembaga keuangan tradisional. “Ini menjadi pilihan menarik bagi individu yang menghadapi situasi mendesak. Seperti biaya medis tak terduga, atau keadaan darurat lainnya,” ujarnya. Salah satu aspek yang menonjol dalam tren ini, adalah kenyataan bahwa banyak individu yang "unbankable" atau tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan pinjaman dari bank. BACA JUGA : Terdaftar OJK, Berikut 5 Aplikasi Pinjol yang Siap Bantu Biaya Kuliah Bagi Mahasiswa Hal itu bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Seperti kurangnya sejarah kredit yang kuat, atau kurangnya jaminan yang diperlukan oleh lembaga keuangan tradisional.
“Pinjol, di sisi lain, cenderung lebih fleksibel dalam hal persyaratan. Membuatnya menjadi pilihan yang lebih mudah diakses bagi banyak orang,” kata dia.Namun, dia juga mencatat bahwa terdapat risiko tertentu terkait dengan pinjol. Bunga pinjaman yang lebih tinggi dan tenor yang lebih singkat, bisa menjadi masalah serius. “Terutama bagi individu yang tidak benar-benar memahami implikasi finansial jangka panjang,” ulasnya. Tidak hanya itu, status legalitas pinjol juga perlu diperhatikan dengan seksama. Karena ada banyak entitas ilegal yang beroperasi dalam industri ini. “Tantangan lain yang dihadapi adalah minimnya literasi keuangan di kalangan masyarakat,” tukasnya. Banyak individu yang mungkin tidak sepenuhnya memahami konsep bunga, biaya tambahan, dan risiko yang terkait dengan pinjaman. “Inilah sebabnya mengapa edukasi dan informasi menjadi penting dalam memastikan bahwa orang memahami implikasi finansial dari keputusan mereka,” terangnya. Dalam hal ini, dia juga menyoroti perlunya peran aktif pemerintah untuk meningkatkan literasi keuangan di masyarakat. Ini dapat dicapai melalui program-program komunikasi, edukasi, dan informasi yang intensif.