*Padamkan Karhutla hingga Tengah Malam
*TMC Berakhir 23 Juni, Lahan Terbakar 900 Ha
PALEMBANG - Meski terjadi potensi hujan pada beberpa wilayah di Sumatera Selatan (Sumsel), namun karhutla masih mengancam.
Apalagi, Juli, Agustus, dan September merupakan puncak musim kemarau.
BPBD Sumsel melalui keputusan Gubernur masih menetapkan status siaga karhutla. Seperti di Kabupaten Ogan Ilir.
Sebulan terakhir, sudah sangat jarang hujan turun. Kawasan rawa seperti Tanjung Senai, dan lainnya sebagian sudah mengering.
Kondisi ini menyebabkan wilayah itu rentan terbakar. Kalaksa BPBD Ogan Ilir, Edi Rahmat, mengatakan, pihaknya juga baru-baru ini melakukan pemadaman karhutla.
Lokasinya di Desa Palemraya, Indralaya Utara. Kobaran api bahkan terlihat dari jalan tol Palindra. "Sekitar 4 hektare (Ha) lahan yang terbakar.
Petugas berhasil memadamkan api yang berkobar pada lahan seluas 1,5 hektare," jelas Edi.
Menurutnya, belum tahu penyebab kebakaran lahan itu. Petugas mendapat kabar pukul 16.00 WIB, Senin (3/7). Saat itu api telah membesar.
Hingga jelang tengah malam petugas berjibaku padamkan api. Upaya pemadaman itu melibatkan satgas karhutla Kecamatan Indralaya Utara,
Indralaya, Pemulutan Barat, Pemulutan dan tim reaksi cepat (TRC), Manggala Agni serta anggota TNI dan Polri.
Lokasi lahan semak belukar yang terbakar berada di wilayah yang cukup sulit dijangkau. Bahkan naik motor sekalipun.
BACA JUGA : Keluarga Tunggu di Titik PenjemputanMau tidak mau, petugas jalan kaki membuka jalan hingga ke titik api.
Terpisah, Kepala BPBD OKI, Listiadi Martin melalui Kabid Penanggulangan Bencana dan Logistik, Fahrul Fahrul mengaku, meski hujan sudah jauh berkurang, tapi tidak terjadi lagi karhutla.
"Terakhir akhir Juni lalu di wilayah Tulung Selapan," terangnya kemarin.
Pada Senin (3/7) lalu memang terpantau titik api (fire spot). Tapi setelah pengecekan di wilayah Kecamatan Pangkalan Lampam, ternyata tidak ada.
Rupanya, titik api itu masuk Kabupaten Muba. “Ada kesalahan pada penentuan titik koordinat fire spot,” imbuhnya.
Masyarakat sudah diingatkan untuk tidak mencoba-coba membakar lahan. “Sekecil apa pun luas lahan yang terbakar, akan kena proses secara hukum,” bebernya.
Terpisah, BPBD Kota Prabumulih mencatat empat kasus karhutla sepanjang Juni lalu. Hal itu diungkap Kepala Pelaksana (Kalaksa) Sriyono melalui Kasi Pencegahan,
R Tauhid. Lokasinya, di Gunung Kemala, Anak Petai, Cambai dan Tanjung Raman. Luas yang terbakar, 1-2 hektare.
Kepala BPBD Sumsel, H Iriansyah mengatakan pihaknya telah berupaya mencegah bencana karhutla dengan melakukan pembasahan lahan yang berpotensi terbakar.
Terutama kawasan gambut. "TMC sudah kita laksanakan dan mulai terlihat potensi hujan pada beberapa daerah sehingga lahan gambut basah lagi," katanya, kemarin.
Saat ini, BPBD berupaya untuk memperpanjang rekayasa cuaca atau teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang dilakukan oleh BRIN.
"Suratnya permohonannya sudah kita kirimkan ke pusat, dan menunggu kapan tim TMC akan kembali menebar garam di wilayah Sumsel," jelasnya.
TMC perlu karena tren kekeringan saat ini meningkat. Utamanya Juli, Agustus dan September.
“Mudah-mudahan ada awan sehingga TMC bisa bekerja nantinya," tutur Iriansyah.
Saat ini, karhutla cukup terkendali. Kemarin, hanya terpantau tiga hotspot.
"Total luasan lahan yang terbakar hampir 900 hektare. Akan terus kita rekap dari semua daerah," katanya.
Sebelumnya, Koordinator Lapangan TMC Provinsi Sumsel, Fikri Nur Muhammad mengatakan,
penaburan garam untuk upaya membuat hujan buatan di wilayah Sumsel sudah berakhir 23 Juni lalu. Setelah 12 hari operasional.