Godaan Iman, Bukber Setiap Jumat

*Warga Sumsel yang Jalani Ramadan di Luar Negeri (2)

Ramadan tahun ini tak terasa bagi Hilman Wibisana dan keluarga. Suasana di Baltimore Maryland, East Coast, Amerika Serikat, tempatnya tinggal sekarang sedang musim semi. Cuacanya mirip Indonesia.

SUDAH puluhan tahun Hilman Wibisana sekeluarga tinggal di Baltimore Maryland. Berjalan 22 tahun sudah. Terhitung sejak 2001. Pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Arsitektur ini bekerja di BCT Design Group. Sebuah perusahaan konsultan arsitek di sana.

Aslinya, Hilman asal kota pempek. Dia alumni SMA Negeri 5 Palembang. Berpuasa jauh dari Tanah Air sudah hal yang biasa baginya. Suasana seperti sekarang ini di sana sedang musim semi menjadi salah satu yang dinanti. “Sebab, kalau musim semi atau musim gugur, sama seperti di Indonesia. Lamanya waktu puasa juga tak jauh beda,” ceritanya, kemarin. Saat diajak ngobrol wartawan koran ini, Hilman baru selesai salat Subuh.

BACA JUGA : ASN Panen THR, Honorer Gigit Jari

Menurutnya, karena di sana cukup sejuk, puasa seharian jadi tidak terlalu terasa. Sangat mendukung untuk umat Islam di negara adidaya itu menjalankan puasa Ramadan dengan baik.

Beda saat puasa di musim panas. Selain cuaca yang cukup panas, waktu berpuasa juga lebih lama. Hampir 9 jam. “Belum lagi, tantangan mata saat berpuasa di musim panas. Cara berpakaian kaum wanita lebih terbuka. Jadi kalau musim panas kita harus pakai kacamata kuda,” ungkapnya sembari tertawa.

Tapi karena saat ini musim semi di sana cukup dingin, para wanita berpakaian lebih sopan. Tidak terlalu terbuka. “Kita yang lihat juga jadi teduh. Hanya saja, karena sebagian besar non muslim, mereka makan, minum atau merokok seperti biasa di depan kita. Kita yang harus benar-benar kuat iman,” beber Hilman.

Suami Rina ini mengaku, untuk makan di sana tidak ada masalah. Makanan Indonesia dapat dengan mudah ditemukan. “Termasuk pempek,” ucapnya. Cukup memesan lewat digital market, semua makanan ada.

“Dulu memang sulit mencari makanan Indonesia. Tapi sekarang sejak ada digital market lebih mudah,” beber ayah dari Raka dan Dinda ini. Untuk pempek juga tersedia di Indonesia Store. Harga untuk satu porsi berisi sekitar 10 pempek kecil dihargai 15 dolar.

Meski minoritas, tapi silaturahmi sesama muslim di sana cukup erat. “Kita ada buka bersama (bukber) setiap Jumat bersama teman-teman untuk meningkatkan silaturahmi. Saat itu, banyak makanan Indonesia dihidangkan,” ujarnya.

BACA JUGA : Usai Dituntut Mati, Irjen Teddy Tersenyum

Ada pun untuk waktu sahur di sana pukul 04.30 waktu setempat. Baru imsak pukul 05.30. Sedangkan untuk berbuka puasa pukul 19.30 waktu di sana. Tarawih sendiri dimulai pukul 21.30.

“Biasanya kita melaksanakan salat tarawih 23 rakaat. Tapi ada juga yang hanya 11 rakaat,” ungkap alumni SMP Negeri 4 Palembang ini. Hilman pun rutin mengikuti salat tarawih di masjid tak jauh dari rumahnya. “Banyak jemaah dari negara lain seperti Pakistan, Burma dan lainnya,” kata pria kelahiran 25 Mei 1971 itu.

Seperti di Tanah Air, di sana juga rutin tadarusan. “Di sini, ditargetkan selama Ramadan bisa khatam Alquran,” imbuhnya. Untuk Lebaran Idulfitri nanti, Hilman pun berencana merayakannya di luar negeri.

Memang ada rencana pulang ke Indonesia. Tapi bukan di momen Idulfitri. “Insya Allah, kalau tak ada halangan, kami akan pulang ke Tanah Air saat Lebaran Haji (Iduladha, red),” pungkasnya. (*/sms)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan