SUMATERAEKSPRES.ID - Keperawanan wanita sering menjadi topik yang sarat dengan mitos dan persepsi sosial yang berkepanjangan.

Dalam banyak budaya, keperawanan dihubungkan dengan nilai moral dan kesucian, menyebabkan wanita yang dianggap tidak perawan sebelum menikah sering mendapatkan stigma negatif.

Namun, apa yang sebenarnya dimaksud dengan keperawanan dan apakah mitos tentang ciri-ciri fisiknya benar?

Keperawanan umumnya diartikan sebagai kondisi di mana seorang wanita belum pernah melakukan hubungan suami istri.

BACA JUGA:Mengenal Money Laundering: Awal Mula dari Usaha Pencucian Pakaian dan Modus Operasinya

BACA JUGA:Hasil Pekan ke-4 Liga Inggris: Brace Haaland Bawa City Kokoh di Puncak Klasemen, MU Menang Telak

Selaput dara, jaringan tipis di vagina, sering dianggap sebagai indikator keperawanan. Banyak yang percaya jika selaput dara robek, berarti seorang wanita tidak perawan lagi.

Namun, pandangan ini tidak selalu tepat secara medis. Selaput dara bisa robek karena berbagai aktivitas non-seksual, seperti olahraga atau penggunaan tampon. Sebaliknya, ada juga wanita yang tetap memiliki selaput dara utuh meskipun telah berhubungan seksual. 

Teknologi medis modern, seperti hymenoplasty, memungkinkan pemulihan selaput dara melalui prosedur bedah ringan. Meski demikian, etika dari prosedur ini masih diperdebatkan. 

BACA JUGA:Profil Eko Agus Sugiharto, Wasit Asal OKU Timur yang Viral Usai Insiden PON XXI Aceh-Sumut 2024

BACA JUGA:Panduan Lengkap Memilih dan Menggunakan Mikrofon yang Baik dan Benar

Di masyarakat, beredar banyak mitos tentang ciri-ciri fisik wanita yang dianggap tidak perawan. Mitos-mitos ini sering kali tidak memiliki dasar ilmiah. Berikut beberapa mitos umum yang perlu diluruskan:

1. Dahi: Ada anggapan bahwa wanita yang tidak perawan memiliki dahi yang berkedut atau bergaris, padahal kerutan dahi lebih berkaitan dengan usia dan ekspresi wajah.

2. Hidung:  Mitos menyebutkan bahwa ujung hidung wanita yang tidak perawan tampak pucat, namun ini tidak didukung oleh bukti ilmiah.