Perdana, Ngaben di Desa Mukti Jaya, Simbol Ikhlas dan Pelepasan Jiwa

NGABEN: Suasana upacara Ngaben perdana untuk almarhum I Ketut Pugra Swastika di Desa Mukti Jaya, Kecamatan Muara Telang, Banyuasin berjalan sakral.-foto: ist-

BANYUASIN, SUMATERAEKSPRES.ID - Desa Mukti Jaya, sebuah desa kecil di jalur 10 Telang, Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, mencatat sejarah baru. Hari ini, desa ini menggelar upacara Ngaben perdana untuk almarhum I Ketut Pugra Swastika.

Upacara sakral ini merupakan penghormatan terakhir yang penuh makna bagi umat Hindu dan menandai komitmen desa dalam melestarikan tradisi leluhur mereka.

Ngaben, yang juga dikenal sebagai Pitra Yadnya, Pelebon, atau upacara kremasi, adalah prosesi pembakaran mayat yang dilakukan oleh umat Hindu. Tujuan dari upacara ini adalah untuk melepaskan jiwa orang yang sudah meninggal dunia agar dapat memasuki alam atas, dimana ia dapat menunggu untuk dilahirkan kembali atau mengalami reinkarnasi. Prosesi ini dianggap sangat penting dalam memastikan bahwa roh orang yang meninggal bisa mencapai moksha atau pembebasan dari siklus kelahiran kembali.

Secara konseptual, upacara Ngaben memiliki makna yang mendalam. Dengan membakar jenazah atau simbolisnya, kemudian menghanyutkan abu ke sungai atau laut, dipercaya bahwa Sang Atma (roh) dapat melepaskan diri dari belenggu keduniawian dan dengan mudah bersatu dengan Tuhan, yang dikenal sebagai Mokshatam Atmanam. Selain itu, upacara ini juga bertujuan untuk mengembalikan segala unsur Panca Maha Bhuta—lima unsur pembangun badan kasar manusia—kepada asalnya masing-masing agar tidak menghalangi perjalanan roh ke Sunia Loka, alam roh yang damai.

BACA JUGA:Ngaben Habiskan Dana Rp1 Miliar, Setra Ganda Wangi Jadi Tempat Wisata

BACA JUGA:Cermin Kebhinekaan, Ratu Dewa Tinjau Langsung Ngaben Massal di Talang Jambe

Bagi keluarga yang ditinggalkan, upacara Ngaben adalah simbolisasi dari keikhlasan dan kerelaan atas kepergian almarhum. Dengan melaksanakan Ngaben, keluarga menunjukkan bahwa mereka telah merelakan jiwa yang bersangkutan untuk melanjutkan perjalanannya ke alam berikutnya, bebas dari ikatan duniawi.

Upacara Ngaben di Desa Mukti Jaya berlangsung dengan penuh hikmat dan keceriaan. Dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat desa yang antusias, acara ini menjadi sebuah momen bersejarah. Prosesi utama, yakni Ngaben untuk almarhum I Ketut Pugra Swastika, dipimpin oleh Ida Ratu Perande Ngurah Putra Keniten dan istri, yang datang khusus dari Lampung untuk memimpin upacara tersebut.

Tidak hanya Ngaben, rangkaian acara juga mencakup upacara ngelungah untuk sembilan sawa I Gusti Ngurah Putra, I Nyoman Ayu Anjani, Ketut Rasidyan Dewanada, Putu Manik, Made Merta Sari, I Ketut Angga Sadewa, Ketut Dana Merta, Luh Nyoman Ari, dan Luh Ketut Rai serta upacara mepandes atau potong gigi untuk dua orang yaitu Ni Luh Putu Ayu Gayatri dan Gusti Ayu Nuansa Bening. Upacara ngelungah adalah bagian dari rangkaian ritual untuk memastikan bahwa semua roh dalam keluarga yang telah meninggal mendapatkan penghormatan yang layak.

Persiapan untuk upacara ini dilakukan dengan semangat gotong royong yang tinggi. Masyarakat desa Mukti Jaya bekerja sama tanpa mengenal lelah, memastikan bahwa setiap detail prosesi diatur dengan baik dan berjalan lancar. Dari persiapan perlengkapan upacara hingga penyambutan tamu, semuanya dilakukan dengan penuh dedikasi dan kebersamaan. Semangat kekeluargaan ini terlihat jelas, dan berhasil menciptakan suasana yang hangat dan penuh keharmonisan.

BACA JUGA:Hindu Palembang Gelar Ngaben Massal untuk Pertama Kalinya

BACA JUGA:Lepas Putra Putri Prajapati Setra Gandawangi, Ketua PHDI: Selasa Kita Upacara Ngaben

Acara puncak pada 9 Juli 2024 dimulai sejak pagi hari, dengan pengumpulan semua elemen masyarakat di lokasi upacara. Masyarakat berbondong-bondong datang, mengenakan pakaian adat dan membawa berbagai perlengkapan yang diperlukan untuk prosesi. Dengan diiringi doa dan nyanyian suci, prosesi pembakaran jenazah dilakukan dengan penuh khidmat. Abu dari pembakaran jenazah kemudian dihanyutkan ke sungai terdekat, sebagai simbol dari perjalanan roh menuju alam atas.

Selama upacara berlangsung, suasana penuh dengan keheningan dan rasa hormat. Setiap langkah dalam prosesi dijalankan dengan teliti sesuai dengan tradisi dan adat yang berlaku. Bagi banyak orang, ini adalah pengalaman pertama mereka menyaksikan upacara Ngaben secara langsung, dan momen ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi semua yang hadir.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan