Stok Hewan Kurban Sumsel, 30 Ribu Ekor Sapi dan Kerbau, 40 Ribu Ekor Kambing dan Domba

Forum Masyarakat Peduli Peternakan dan Forum Masyarakat Berdaya Sumsel. Foto:Adi/Sumateraekspres.id--

SUMATERAEKSPRES.ID- Mengantisipasi kerbau banyak yang mati akibat penyakit ngorok (tagere) yang akibat bakteri Septicaemia Epizootica yang terjadi beberapa waktu lalu di Ogan Komering Ilir (OKI).

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Sumsel dan Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel mengikuri Fokus Group Discussion yang digelar oleh Forum Masyarakat Peduli Peternakan dan Forum Masyarakat Berdaya Sumsel di Hotel Amaris, Selasa (28/5).

" Kejadian yang menimpa kerbau rawa si OKI beberapa waktu lalu, bukan karena virus melainkan karena bakteri yang dialami oleh kerbau rawa atau yang dilepas liar oleh pemiliknya. Kejadian ini terjadi terutama di musim penghujan, yang mana bakteri yang menjangkiti kerbau yakni Septicaemia Epizootica ini banyak ditemui di kawasan rawa.

Di samping itu, di dalam kubangan air, bakteri tersebut bisa bertahan hidup hingga 10 hari. Selain itu, penyebarannya ataupun penularannya juga sangat cepat, sehingga hal ini menyebabkan kerbau banyak mati," ungkap Ketau PDHI Sumsel, DR drh Jafrizal MM yang dibincangi di sela-sela kegiatan, Selasa (28/5).

BACA JUGA:Inilah Sederet Manfaat Luar Biasa Labu Siam untuk Kesehatan Anda, Wajib Masuk Menu Harian Nih!

BACA JUGA:Siapkan Stok Sapi 29 Ribu Ekor, Hewan Kurban Pinggir Jalan Tanpa SKKH

Di samping bakteri SE, masih kata Jafrizal tadi, setidaknya ada 18 penyakit hewan ini yang perlu diwaspadai oleh peternak atau pemilik hewan, terutama di musim hujan mendatang. Jangan sampai, karena fokus di dalam penanganan satu penyakit, maka belasan penyakit lainnya terabaikan. Maka yang paling nyata dan bisa ditemui matinya hewan ternak tersebut.

" Saat bakteri SE ini menjangkiti kerbau tadi, fokus petani pada penyakit mulut dan kuku (PMK) serta LSD, namun faktanya terjadi di lapangan, kerbau tadi banyak mati terkena bakteri SE yang penularannya sangat cepat tersebut. Untuk solusinya, yakni pemberian vaksin dan pakan ternak yang baik. Bukan hanya itu, kondisi lingkungan juga menjadi point' yang sangat penting di dalam upaya meminimalisir penyakit pada ternak," terang Jafrizal.

Sementara Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provibai Sumsel, Ir Ruzuan Effendi yang dibincangi oleh awak media mengatakan, banyak faktor yang sebabkan kerbau rawa yang belum lama ini banyak yang mati di OKI tersebut. Salahsatunya itu terkait kebiasaan lepas liar hewan ternak ini oleh masyarakat. Dengan kata lain, hal tadi menyebabkan hewan ternak tersebut akan sangat rentan terkena penyakit.

BACA JUGA:Standardisasi Tempat Pemotongan Kurban di Luar RPH, Tak Standar, Tak Diizinkan Memotong Hewan Kurban

BACA JUGA:Pemotongan Hewan Kurban di Luar RPH: Ini Syarat dan Standar yang Harus Dipenuhi!


" Di dalam kandang saja, potensinya masih ada apalagi yang dilepas liarkan begitu saja oleh pemiliknya, sehingga hal ini membuat ternak menjadi rentan terserang penyakit dan salahsatunya penyakit ngorok akibat bakteri SE. Untuk itu, kita juga himbau bagi pemilik ternak atau peternak untuk terapkan pola Pengandangan. Sehingga bisa dapat terus mengontrol kesehatan termasuk juga pakan yang diberikan. Jangan hanya diberi karbohidrat saja, tapi pastikan protein serta vitamin juga seimbang," ulasnya.

Tidak hanya, untuk mengantisipasi semua hal tersebut terulang, pihaknya juga mulai mewajibkan peternak untuk memvaksinasi hewan ternak miliknya. Baik itu yang berada di kandang maupun yang dilepas liar. Untuk itu, program vaksinasi ini dilakukan secara serentak dengan melibatkan stakeholder terkait dan peternak atau pemilik hewan tadi. Hanya saja, karena jumlahnya yang terbatas, kemungkinan akan ada biaya.

" Selain di kandang, makanan hewan ternak ini juga harus seimbang, selain itu supaya bisa tetap sehat, pastikan jua hewan ternak ini divaksin dan mengontrol kesehatan dari hewan ternak tersebut. Semua langkah ini, akan kita libatkan pihak desa dan badan jua dinas terkait. Karena semua harus berjalan bersama dan tidak bisa sepihak saja," ulasnya.

BACA JUGA:Butuh 12 Ribu Ekor Hewan Kurban, Sapi dan Kambing Kebutuhan di Palembang

BACA JUGA:OKUT Jadi Penghasil Sapi Terbanyak di Sumsel, Stok Hewan Kurban Aman


Terkait untuk kebutuhan dari hewan kurban di Sumsel ini setiap tahun terus meningkat. Hanya saja, pihaknya sudah lakukan upaya antisipasi. Apalagi untuk stok hewan, kata Ruzuan di Sumsel menyiapkan setidaknya 30 ribu hewan baik sapi atau kerbau dari kebutuhan yang diprediksi mencapai 13-15 ribu dan yang ada. Namun demikian, untuk hewan ternak juga sebelum dijadikan untuk hewan kurban, salahsatunya yakni terkait kesehatan hewan.

" Untuk hewan kurban, kita siapkan 70 ribu ekor. Yakni 30 ribu ekor sapi atau kerbau dan 40 ring ekor kambing, domba dan juga sejenisnya. Jumlah ini meningkat tajam bila dibandingkan tahun 2023 yang menyiapkan 20 ribu hewan dan yang digunakan sekitar 12.900 ekor hewan kurban untuk jenis sapi dan kerbau. Tahun ini meningkat 50 persen dari stok tahun 2023 silam," bebernya.

Terkait untuk hewan kurban yang masuk ke Sumsel, dirinya menegaskan, hewan kurban ini harus disertai dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang dikeluarkan dokter hewan dari tempat hewan kurban ini datang. Sehingga bila tidak ada, maka hal ini termasuk Illegal dan berisiko kondisinya kurang sehat.

" SKKH ini wajib dimiliki oleh peternak atau pengirim hewan tersebut ke Sumsel. Surat ini menjadi petunjuk kalau hewan yang ada ini sehat. Untuk memantau kesehatan hewan kurban, kita jua membagi empat tim untuk mengawasi hewan kurban. Untuk penjual kurban musiman, hendaknya juga memeriksa hewan kurbannya sebelum dijual, sehingga pembeli lebih merasa yakin dengan hewan kurban yang dibelinya," pungkasnya. (afi)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan