Epilepsi Bisa Picu Hiperseksualitas, Apa Iya? Ini Kata Ahli
Ilustrasi epilepsi. -Foto: artefacti/freepik-
SUMATERAEKSPRES.ID - Penyakit epilepsi yang disebabkan oleh gangguan aktivitas listrik pada bagian otak terus menimbulkan desas-desus dan mitos di kalangan masyarakat umum.
Seorang dokter ahli spesialis saraf, Dr. Heri Munajib, menyoroti sejumlah mitos yang beredar tentang epilepsi.
Menurutnya, salah satu mitos yang umum adalah bahwa epilepsi hanya termanifestasi dalam bentuk kejang-kejang, padahal kenyataannya lebih kompleks dari itu.
Epilepsi dapat menimbulkan berbagai kelainan, seperti perilaku tantrum, nyeri kepala mirip migrain, keadaan terdiam tanpa gerakan selama beberapa saat, dan bahkan hiperseksualitas.
BACA JUGA:Ini 5 Mitos Dan Fakta Seputar Epilepsi yang Wajib Diketahui
Dr. Heri Munajib mengungkapkan bahwa ia pernah menangani kasus hiperseksualitas yang disebabkan oleh epilepsi.
Seorang pasien perempuan mengalami keinginan seksual yang tidak terkendali, dengan frekuensi hubungan seksual mencapai 6 hingga 8 kali sehari.
Meskipun pasien tersebut telah berkonsultasi dengan spesialis jiwa, tidak ditemukan gangguan kejiwaan yang mendasari perilakunya.
Setelah dirujuk ke departemen neurologi dan menjalani pemindaian otak, terdeteksi adanya aktivitas listrik yang tidak normal pada saraf otak pasien.
BACA JUGA:Masuk Sumur, Bocah Pengidap Epilepsi di Temukan Tewas
BACA JUGA:Epilepsi Dapat Diderita Semua Kelompok Usia
Dengan perawatan yang tepat, frekuensi perilaku hiperseksual pasien berhasil dikendalikan menjadi 3 hingga 4 kali seminggu.
Dr. Heri Munajib juga membantah sejumlah mitos lainnya seputar epilepsi, seperti anggapan bahwa epilepsi adalah penyakit menular, penyakit kebodohan, atau bahkan kutukan.