Review Film Trinil: Kembalikan Tubuhku, Eksplorasi Horor 80-an dengan Plot Twist Menegangkan, Berani Nonton?

Film Trinil: Kembalikan Tubuhku bercerita tentang hantu fanpa kepala. Foto: trinil/film--

PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.IDHanung Bramantyo menghadirkan kisah horor penuh kejutan lewat film terbarunya, Trinil: Kembalikan Tubuhku. 

Film ini menawarkan atmosfer horor ala tahun 80-an yang sukses memikat perhatian penonton sejak tayang perdana di bioskop seluruh Indonesia.

Dengan durasi 1 jam 41 menit, Trinil: Kembalikan Tubuhku tidak hanya mengundang rasa penasaran terhadap keterlibatan Hanung Bramantyo dalam genre horor.

Tetapi juga menjadi persembahan menarik dari kolaborasi dua rumah produksi, Dapur Film dan PH Seven Skies Motion dari Malaysia.

BACA JUGA:Film Rambut Kafan: Misteri Kematian dan Teror dalam Keluarga, Mengungkap Investigasi Tari yang Mengejutkan

BACA JUGA:Film The Reckoning: Kisah Horor dan Teror Abad ke-17, Berjuang Melawan Iblis dan Tuduhan Penyihir

Para pemain, seperti Wulan Guritno, Carmela van der Kruk, Rangga Nattra, Fattah Amin, dan Shalom Razade, memberikan daya tarik tambahan. 

Khususnya, peran Wulan Guritno yang menjadi sorotan utama, menimbulkan antisipasi tinggi dari penggemar film lokal.

Sinopsis film Trinil: Kembalikan Tubuhku membawa penonton pada kisah seram pasangan suami istri, Rara (Carmela van der Kruk) dan Sutan (Rangga Nattra), yang mengawali hidup baru di sekitar perkebunan teh. 

Namun, kebahagiaan mereka terguncang oleh teror hantu tanpa kepala yang misterius, menciptakan ketegangan dalam hubungan mereka.

BACA JUGA:Review Film Migration: Petualangan Mengharukan, Membawa Hangatnya Kisah Keluarga Bebek

BACA JUGA:Intrik Tersembunyi di Balik Poster Film Madame Web: Benarkah Ada Koneksi dengan Spider-Man dan Venom?

Film ini, dengan premis klasik horor lokal, menggali elemen-elemen seperti hantu kuyang dan fenomena mistis "ketindihan." Inspirasi dari drama radio tahun 1985, Trinil, memberikan sentuhan nostalgia pada film ini dengan kalimat ikonik, "Trinil, balekno gembungku."

Namun, meskipun film ini berhasil mengeksplor nuansa horor lokal dengan elemen-elemen klasik, penataan plot terasa kurang rapi. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan