Kelentangan Banyuasin, Alat Musik Tradisional Berpadu Kayu Mahang dan Pisang
Kelentangan Banyuasin. Foto: Akda/Sumateraekspres.id--
BANYUASIN, SUMATERAEKSPRES.ID - Suara merdu alat musik tradisional, Kelentangan Banyuasin, kini menghiasi kegiatan adat dan festival di Kabupaten Banyuasin.
Terbuat dari sepuluh potong kayu mahang yang dikupas dan dikeringkan, alat musik ini memukau pendengar dengan nada mayor yang indah, mulai dari do hingga do.
Ditemukan pada tahun 1960 oleh Gede Mat Yasin dari Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Banyuasin III, Kelentangan muncul secara kebetulan saat Gede Mat Yasin beristirahat di kebunnya.
Potongan kayu mahang yang dipukulnya, diletakkan di antara dua batang pisang, menghasilkan harmoni yang unik.
BACA JUGA:Bantu Alat Musik Komunitas Musisi Sekayu
BACA JUGA:Rhoma Irama: Perjuangkan Moderasi Beragama melalui Musik
Keunikan Kelentangan tak hanya terletak pada suaranya yang memikat, tetapi juga pada fakta bahwa kayu-kayu mahang ini hanya mengeluarkan nada musik ketika diletakkan di antara dua batang pisang. Penggantian dengan bahan lain tidak menghasilkan efek serupa.
Musik Kelentangan berkembang pesat seiring waktu, tidak hanya terdengar di kebun-kebun, tetapi juga menyertai berbagai acara persiapan hajatan pernikahan di berbagai kampung.
Grup Musik Tradisional Kelentangan, yang terdiri dari lima orang dengan peran berbeda, menjadi pelopor dalam membawa alat musik ini ke panggung lebih luas.
Lagu-lagu seperti "Dalu" yang dinyanyikan pada malam ketujuh pembuatan kue persiapan pernikahan, "Ngarak Pengantin" untuk mengiringi rombongan pengantin menuju rumah pengantin wanita, dan "Papak Mendek" sebagai lagu penyambutan tamu kehormatan, memberikan identitas kuat pada musik Kelentangan.
BACA JUGA:Relawan GSP Se-Jabodetabek Kompak Senam Gemoy dan Sosialisasikan Prabowo-Gibran, Begini Keseruannya
BACA JUGA:Jelajahi Pesona Sumsel, Dari Teknik ECO Print hingga Musik Tradisional Batanghari Sembilan
Meski begitu, Kelentangan belum dapat ditemui di pasaran umum karena pembuatannya masih menjadi bagian dari tradisi lokal.
Pemerintah setempat, melalui Dinas Pendidikan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Banyuasin, menjadikan Kelentangan sebagai aset penting untuk mendukung kemajuan pariwisata daerah.