Luar Biasa! Pelari Asal Toronto Ini Pecahkan Rekor 242 Marathon di 70 Negara dalam Setahun, Begini Kisahnya
Ben Pobjoy (42), pelari asal Toronto, Kanada ini berhasil menyelesaikan 242 marathon di 70 negara berbeda dalam setahun.-Foto: cbc.ca-
SUMATERAEKSPRES.ID - Seorang pelari asal Toronto, Kanada, bernama Ben Pobjoy, berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai pelari marathon terbanyak dalam satu tahun.
Pada tahun 2023, pria berusia 42 tahun ini berhasil menyelesaikan 242 marathon yang melibatkan 70 negara berbeda.
Keberhasilan luar biasa ini diraih setelah Pobjoy memutuskan untuk meninggalkan kariernya di bidang pemasaran demi menghadapi tantangan besar yang ia namakan 'Marathon Earth Challenge.'
Tantangan ini merupakan usaha mandiri dengan menggunakan dana pribadinya untuk menyelesaikan lebih dari 240 marathon.
BACA JUGA:12 Fakta Unik Lari Sebagai Olahraga Tertua di Dunia, Nomor 9 Aneh tapi Nyata
Perjuangan luar biasa Pobjoy dalam menaklukkan ratusan marathon dalam satu tahun membawa hasil yang gemilang.
Ia berhasil mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh pelari Amerika, Larry Macon, yang pada tahun 2012 menyelesaikan 239 marathon.
Pobjoy, yang juga seorang pembuat dokumenter, menikmati setiap langkah perjalanannya dalam dunia marathon.
Baginya, setiap marathon bukan hanya tentang berlari, tetapi juga tentang menjelajahi alam, merenungkan filosofi hidup, dan berinteraksi dengan berbagai orang yang ia temui di sepanjang perjalanan.
BACA JUGA:8 Tips Jitu untuk Lari Lebih Jauh dan Tidak Mudah Lelah, Ini Rahasianya
“Selangkah demi selangkah, setiap marathon gaya bebas adalah cara untuk memupuk rasa ingin tahu saya dan mendokumentasikan temuan saya untuk dinikmati orang lain," ucap Pobjoy seperti yang dilaporkan oleh runnersworld.com pada Jumat (12/1/2024).
Perjalanan marathon yang luar biasa ini membawa Pobjoy melintasi lebih dari 11.265 km, menjelajahi benua Amerika Selatan, Karibia, Amerika Utara, Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Asia.
Tantangannya tidak hanya mencakup cuaca ekstrem seperti suhu minus 20 derajat di Mongolia, tetapi juga kelembapan ekstrem di Malta.
“Setahun ini sangat melelahkan secara mental dan fisik. Tetapi merupakan perasaan yang luar biasa bisa mencapai tujuan penting saya dan bertemu orang-orang luar biasa dalam perjalanannya," ungkap Pobjoy mengenai pengalaman mengesankan tersebut.