Dari Media Dakwah Jadi Pertunjukan Seni Budaya

MULAI TERLUPAKAN: Wayang Palembang tak berbeda jauh dari wayang yang ada di Pulau Jawa, materi yang diambil dalam perwayangan Palembang ini biasanya cerita Ramayana dan Mahabarata. FOTO: BUDIMAN/SUMEKS--

Di masa lampau wayang Palembang digunakan sebagai media berdakwah untuk penyebaran agama Islam. Seiring perkembangan zaman,  wayang Palembang lebih ditujukan sebagai pertunjukkan seni budaya. 

Dari Dalang Wayang Palembang, Wirawan Rusdi mengatakan, Wayang Palembang pastinya memiliki sejarah dan kekhasan tersendiri, ‘’Walaupun untuk cerita - ceritanya juga masih membawakan kisah Mahabharata dan Ramayana,’’ ujarnya saat mengisi kelas belajar Wayang Palembang di rangkaian kegiatan Edukatif Kultural yang diselenggarakan Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) 2. 

Dikatakan, pembawaan cerita Wayang Palembang dulunya menggunakan bahasa Palembang halus. Tapi kalau sekarang pakai bahasa Palembang sehari-hari. ‘’Begitupun dengan corak/motif dari wayangnya yang menggunakan songket, kemudian warna-warna yang digunakan juga merah, kuning," sampainya. 

Di Nusantara sendiri, banyak sekali terdapat wayang khususnya wayang kulit. Salah satunya wayang yang terdapat di Palembang. Wayang Palembang ini tidak berbeda jauh dari wayang yang ada di Pulau Jawa.

Berdasarkan catatan sejarah yang dibuat museum wayang Jakarta pada 2008. Dengan melihat bukti fisik wayang yang masih ada,  wayang di Palembang dibuat pada abad ke-17. ‘’Walaupun ada juga  beranggapan bahwa wayang sudah ada pada abad 10 di zaman Aryadilla berdasarkan cerita secara lisan,’’ ujarnya. 

Saat ini, wayang yang ada di Palembang ini sudah berbentuk kulit. Tokoh-tokohnya juga sama seperti tokoh-tokoh wayang yang ada di Jawa. ‘’Yang diambil dari cerita Ramayana dan Mahabarata," Jelasnya. 

Dikatakan, pada masa Kesultanan Palembang Darussalam pernah mengadakan hiburan rakyat selama 7 hari 7 malam. Salah satunya pagelaran wayang kulit Palembang yang diadakan Sultan Mahmud Badaruddin pada tahun 1819.  ‘’Karena berhasil memenangkan perang dengan VOC Belanda yang terkenal dengan perang Menteng,’’ ujarnya.

Di masa lalu pertunjukan wayang Palembang juga dijadikan sarana untuk media dakwah penyebaran agama Islam. Tapi  sekarang karena Islam sudah berkembang luas kini wayang juga digunakan untuk  seni pertunjukan budaya. 

Cerita-cerita wayang Palembang tetap sama mengambil dan latar belakang Ramayana dan Mahabarata. Cerita-cerita karangan seperti Prabu Indropuro, Prabu Bantar angin, Prabu Ukir gelung, Gatutkaco lahir, Gatutkaco tetak puset, Gatutkaco Pnganten, Bambang Darmojati, Arjuno Duo, Suryadadari, Bambang Tuseno,  dan Pendito Cakromayo. 

Namun sayangnya, warisan budaya wayang Palembang ini belum banyak dikenal khususnya anak - anak muda. Bahkan dalang wayang Palembang yang masih mempertahankan kesenian wayang ini adalah cucu dari Dalang M. Rasyid (Alm) yang bernama Wirawan Rusdi anak dari Dalang Rusdi Rasyid (Alm).  ‘’Wayang Palembang pun masih jarang digelar. Bahkan dalam satu tahun terkadang tak ada sama sekali. Tetapi terkadang bisa 3 kali dan biasanya instansi yang meminta/mengundang ketika ada kegiatan," katanya.  (Tin/) 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan