Harga Minyak Mentah Meroket

Saudi-Rusia Kurangi Produksi

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia terus meroket. Brent naik 56 sen menjadi US$90,60 per barel dari sebelumnya US$90,04 pada perdagangan kemarin. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 85 sen menjadi US$87,54. Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan penyebab meroketnya harga minyak mentah dunia disebabkan oleh komitmen Saudi dan Rusia untuk mengurangi jumlah produksi. Selain itu, karena pembatalan eksplorasi minyak di Alaska oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden. "Pada beberapa minggu terakhir minyak melonjak bahkan sekarang melonjak di atas sekitar US$90. Ini karena dari Saudi maupun Rusia memiliki komitmen untuk menahan atau mengurangi jumlah produksi.
Bahkan tadi pagi mungkin beritanya akan ditahan sampai Desember," kata Sri Mulyani.
"Sehingga memasuki winter dengan jumlah produksi yang terpahat.
Kita juga memperhatikan berita bahwa Presiden AS Joe Biden membatalkan untuk melakukan eksplorasi di Alaska," sambungnya.
Dia memastikan, kebijakan yang diambil oleh Presiden Joe Biden dan komitmen Saudi serta Rusia yang mengurangi jumlah produksi akan menimbulkan dinamika dari sisi suplai juga demand. Dari sisi demand, kata Menkeu, hal ini akan berpengaruh terhadap berbagai outlook terhadap perekonomian tahun depan yang masih mencari keseimbangan. Utamanya dalam menyeimbangkan inflasi tanpa mendisrupsi pertumbuhan ekonomi.
"Ini masih akan menjadi satu ketidakpastian yang harus kita terus perhatikan dan tentu ekonomi kedua terbesar RRT yang sedang terus berjuang untuk mengembalikan dan memulihkan ekonomi yang cenderung melemah," tutur Menkeu.
Dua hal ini lah yang kemudian akan menunjukkan bagaimana dinamika harga minyak akan ditentukan oleh demand, suplai maupun prospek dari ekonomi-ekonomi besar. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor geopolitik. Kemudian ini yang sering tidak bisa dimasukkan ke dalam modeling proyeksi," tandasnya. (fad)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan