Ajarkan Anak Jangan Konsumtif
Lebaran sudah lewat. Di hari Idulfitri ini tak hanya sebagai ajang silaturahmi, bermaaf-maafan, tetapi juga menjadi ajang anak-anak berburu uang THR.
Salah satu pengalaman seru di hari Lebaran yakni bagi-bagi THR untuk anak-anak. Ada yang membagikannya dengan amplop tertutup, ada yang juga secara terbuka. Uang recehan 2 ribu, 5 ribu, 10 ribu, 20 ribu atau bahkan ada yang 50 ribu atau 100 ribu pun berpindah tangan ke anak-anak.
Di hari Lebaran inilah, sebagian anak – anak mengumpulkan uang dari THR. Uang ini pun bisa mereka pergunakan untuk membeli yang apa yang diinginkan. ‘’Lebaran adalah hal yang paling menyenangkan karena setiap bersilaturahmi kita akan mendapat THR. Seneng kalau Lebaran banyak uang yang yang terkumpul,’’ ujar Mu'azzir Arif (8), pelajar kelas 5 SD.
Uang hasil ‘’berburu’’ THR ini, lanjutnya, akan dikumpulkan. ‘’Nanti kalau sudah terkumpul terserah mau dibelikan apa. Kalau tidak ada yang ingin dibeli ditabung dulu,” bebernya.
Senada dengan Reihan (107). Hampir setiap Lebaran keluarga besarnya memberinya uang. Mulai dari tante, om, kakek dan nenek serta keluarga lain yang sudah bekerja. ‘’Jadi, bisa menambah uang tabungan. Tahun ini kalau banyak dapat THR, mau beli sepeda,” tuturnya.
Berbagi kebahagiaan dengan membagi-bagi THR tentu saja boleh. Tetapi tentu saja hal ini jangan sampai anak-anak yang menerima THR menjadi tambah konsumtif. Apalagi untuk anak-anak yang tidak dilatih mengelola uang. ‘’Saya selalu menekankan ke anak-anak agar uang THR yang didapat jangan digunakan untuk keperluan tak jelas. Bisa saja sebagian kecil mereka belikan snack, tetapi ada juga yang ditabung,’’ ujar Rahmania (39), ibu dari tiga anak.
Psikolog Klinis, Widi Atmoko MPSi mengatakan, Hari Raya Idulfitri merupakan ajang pembelajaran bagi anak. Orang tua harus mengajarkan anak untuk meminta maaf kepada semua orang dan mengajarkan bersilaturahmi. ‘’Ajarkan anak saling memaafkan dan makna Lebaran,” katanya.
Soal THR yang selalu ditunggu oleh anak–anak, lanjutnya, sebenarnya dari pendidikan keluarga yang membentuk mentalitas dan karakter anak agar tak terbiasa mengharapkan sesuatu dari orang. ‘’Ini soal pembiasaan dalam keluarga yang menanamkan nilai-nilai budi pekerti,” ujarnya.
Dikatakannya, orang tua perlu memberikan pemahaman bahwa THR itu sifatnya tidak wajib. Jadi jika kerabat dekat, misalnya, tidak memberi jangan langsung dikatakan pelit. ‘’Anak perlu tahu bahwa uang dari kerabat tersebut diberikan karena si pemberi sedang memiliki rezeki yang berlebih. Karena itu jika ada kerabat yang tidak memberi uang, asumsinya adalah karena uangnya sedang tidak berlebih,” tuturnya.
Selain itu, wujud pemberian tak selalu dalam bentuk uang. Bisa saja dalam bentuk barang maupun makanan. ‘’Bisa dikatakan pada anak jika tidak dapat uang dari tante atau om A, misalnya karena tante atau om itu memberikannya bukan dalam bentuk uang tapi dalam bentuk kue dan cokelat. Semua yang dikasih itu bentuk kasih sayang,’’ jelasnya.
Masih dikatakannya, dari uang pemberian yang didapat anak juga bisa diajarkan konsep menabung. Misalnya dengan membeli celengan, lalu memasukkan uang tersebut ke celengan. ‘’Jika sudah cukup banyak, uang di celengan bisa dipindahkan ke tabungan di bank. Atau jika ada saudaranya yang tak mendapatkan, anak dapat diajarkan untuk saling berbagi. Jadi ada nilai-nilai pendidikan karekter yang sejak dini sudah dapat ditanamkan agar memiliki mentalitas yang baik,’’ ujarnya. (*)