Ilmu Kimia dalam Persfektif Islam
Secara eksplisit dalam Al-Qur'an dan Hadits tidak membedakan antara ilmu agama dan ilmu umum. Apa yang terdapat di dalam Al-Qur'an adalah ajaran yang holistik –integralis atau pengetahuan yang membentuk satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 750 ayat yang menunjukkan kepada fenomena alam dan memerintahkan manusia untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penciptaan alam dan merenungkan isinya.
Pemahaman terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah dan pemahaman terhadap alam merupakan pemahaman tanda-tanda yang membawa pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengkategorian ilmu agama dan ilmu umum merupakan hasil kesimpulan manusia yang mengidentifikasi, meneliti dan mengkaji ilmu berdasarkan sumber objeknya.
Objek ontologis yang dimaksud adalah wahyu (al-Quran) berisi penjelasan tentang wahyu Nabi Muhammad SAW berupa hadits dengan metode ijtihad sehingga menghasilkan kajian agama seperti Teologi, Figh, Tafsir, Hadits, Tasawuf dan sebagainya.
Ketika objek ontologis yang dipelajari adalah alam semesta beserta isinya seperti komponen biotik dan abiotic, maka akan dilakukan pendekatan menggunakan metode ekperimen.
Metode tersebut akan menghasilkan turunan sekunder yaitu ilmu sains diantaranya fisika, biologi, kimia, astronomi, dan lain-lain. Dalam konsep Islam, semua yang dipikirkan, dikehendaki, dirasakan dan diyakini, membawa manusia kepada pengetahuan dan secara sadar menyusunnya ke dalam sistem yang disebut Ilmu.
Islam mengandung multi disipliner ilmu pengetahuan, baik ilmu alam (natural sciences) seperti fisika, kimia, matematika, biologi, astronomi, arkeologi dan botani. Ilmu-ilmu sosial (social sciences) seperti sosiologi, ekonomi, hukum, pendidikan, politik, antropologi dan sejarah, serta Humaniora seperti psikologi dan filsafat. Dengan demikian, berarti Islam mempunyai ajaran yang lengkap, integral dan universal.
Kimia merupakan ilmu yang diteliti, dikembangkan dan diwariskan oleh ilmuwan muslim pada masa keemasan Islam, bahkan hingga saat ini kimia memberikan kontribusi lintas sektor bagi peradaban modern umat manusia. Ilmuwan saat ini mengakui bahwa konsep dasar kimia modern ditemukan berdasarkan pondasi yang diletakkan oleh ahli kimia terdahulu.
Ahli kimia Islam bernama Jabir Ibn Hayyan dijuluki sebagai bapak kimia modern yang banyak berkontribusi dalam penemuan dan perkembangan ilmu kimia. Sebagai suatu contoh bukti empiris dan ilmiah int egrasi antara Islam dengan Kimia seperti Air (atom H) dan ternyata makhluk pertama yang muncul bersama Helium (atom He) di jagad raya ini.
Air memiliki banyak fungsi bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya. Sebagian besar tubuh manusia juga tersusun oleh air (ion). Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam QS Al-Anbiya'ayat 30.
Air adalah pelarut (polar) yang luar biasa, senyawa yang sangat stabil dan sumber energi yang dahsyat. Air memiliki sifat homogeny dengan senyawa sejenis. Air juga memiliki sifat yang unik, yang disebut anomali air.
Keajaiban lain yang dimiliki air adalah kemampuan daya kapiler. Getaran air merambat ke 75% molekul air di tubuh manusia sebagai cairan tubuh elektrolit.
Air di otak dan tubuh manusia akan beresonansi atas pesan-pesan positif. Pikiran dan ucapan melahirkan getaran (vibrasi) yang bisa mengubah susunan molekul-molekul benda. Formulasi integrasi sains dan Islam dapat kita wujudkan dengan cara: menjadikan kitab suci Al Qur’an sebagai basis atau sumber utama ilmu, memperluas batas materi kajian Islam & menghindari di kotomi ilmu, dan menelusuri ayat-ayat dalam al-Qur’an yang berbicara tentang sains (Kimia). (*)