Bagja: Hati-Hati Jarimu
JAKARTA - Berbagai upaya yang dilakukan Bawaslu dalam menjaga kualitas pemilu tanpa disinformasi. Ketua Bawaslu RI, Rahmat Bagja mengingatkan agar masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan jari dalam membuat atau menyebarkan informasi yang tak benar (hoaks).
Menurutnya seperti dikutip dari laman resmi Bawaslu RI, semua elemen masyarakat perlu bersama-sama meningkatkan kemampuan literasi masyarakat agar tak terhasut hoaks. Bahkan, dirinya mengingatkan agar berhati-hati menjalani aktivitas media sosial dalam menyampaikan informasi yang ternyata hoaks.
"Kalau dahulu peribahasa mulutmu harimaumu yang berarti hati-hati dengan mulutmu, sekarang mungkin berubah menjadi hati-hati dengan jarimu,”ujarnya saat menjadi narasumber diskusi publik yang diadakan Perkumpulan untuk Demokrasi dan Pemilu (Perludem) yang dilakukan secara daring, Senin (17/4).
Dalam pemilu ini kata Bagja, membuat dan menyebarkan hoaks ada ancaman sanksi administrasi dan sanksi pidana. Begitu pula dengan penyelenggara pemilu.
Bawaslu kata Bagja, melakukan upaya pencegahan dengan identifikasi kerawanan hoaks serta meningkatkan literasi dengan kolaborasi berbagai pihak seperti kementerian atau lembaga negara, masyarakat sipil, media massa, platform media sosial, dan lainnya.
"Bawaslu sudah mengajukan gugus tugas kepada Kominfo selain ada Satgas Tangkal Hoaks dengan Kominfo. Kami juga melakukan kolaborasi seperti dengan BSSN, Google Indonesia, 'platform media sosial' seperti Instragram-WhatsApp-Facebook, Twitter, dan banyak pula lainnya," ungkapnya.
Tak hanya itu, Bagja menyatakan, upaya menangkal disinformasi kepemiluan ini, Bawaslu pun telah mendirikan komunitas digital pengawasan partisipatif melalui aplikasi Jarimu Awasi Pemilu.
"Lalu, dalam tahap pengawasan akan melakukan pemantauan terhadap informasi di media sosial dan konten tak resmi. Pemantauan pengawasan itu dibuatkan laporannya ditambah juga kami menerima laporan dari masyarakat," tuturnya.
Berdasarkan refleksi dalam Pemilu 2019, Bagja menyatakan, hoaks menjadi senjata pemecah yang bernada permusuhan untuk mengelabui sekaligus meraih simpati agar bisa menang. "Mau tidak mau hoaks menjadi senjata konflik (yang ampuh) oleh peserta pemilu. Ini adalah realita yang bukan hanya di Indonesia tetapi secara glibal.(bws/don)