349 T
Perang berita tentang menguapnya 349 Triliun dengan gaji guru honor yang belum cair hingga hitungan bulan keempat berlomba-lomba menghias berita surat kabar dan media sosial beberapa hari lalu.
Berita pertama kian panas. Sebab, oknum tertentu yang berada di gedung kura-kura umumnya menolak tuduhan Machfud MD dan Sri Mulyani tersebut.
Sementara berita kedua kian terdengar samar karena para guru memilih diamlah sebagai jalan terbaik. Akibatnya, hutang mereka di kios-kios sembako kian melilit pinggang, kebutuhan harian kian melambung, dan koperasi-koperasi jadi tempat berlabuh.
BACA JUGA : Soal Transaksi Janggal Rp349 T Belum PutusHidup ini memang kontras. Oknum orang-orang berdasi sedang menyusun dalih agar mereka "selamat". Sementara, orang-orang yang berada di akar rumput cenderung "nrimo" dan menikmati apa yang telah digariskan Tuhan.
Hedonisme bukan lagi barang baru di negeri kita. Makin besar income makin membukit pula pengeluaran. Makin tinggi jabatan, banyak yang lupa dengan orang-orang yang lebih membutuhkan.
Dahulu, di Turki ada seorang ulama terkenal alim dan wara', berwawasan luas lagi bijaksana. Said Nursi, namanya. Beliau bergelar Badiuzzaman 'keajaiban zaman'. Banyak karya yang terlahir dari tangan Beliau.
Ayah dan ibunya adalah sosok yang sederhana lagi jujur. Saat membawa sapinya menuju ke padang rumput, diikatnya mulut hewan ini. Beberapa orang heran melihat tingkah lakunya. Lalu seseorang memberanikan diri bertanya, "Mengapa mulut hewan peliharaanmu kau ikat?"