Filosofi Tak Ada yang Sempurna

*Kursi Patah Kaki, Icon Masjid Raya Abdul Kadim

Di Sumatera Selatan (Sumsel) ada salah satu measjid dengan keunikan khas. Di sisi kiri halaman depannya ada kursi raksasa. Salah satu kakinya patah. Itulah Masjid Raya  Abdul Kadim. Lokasinya di Desa Epil, Kecamatan Lais, Musi Banyuasin. Rabu (12/4) ini diresmikan.

Masjid  Raya Abdul Kadim berdiri di atas lahan seluas 5.625 meter persegi. Tampak asri dengan taman bunga cantik di sekitarnya. Bangunan masjid ini megah sekali. Dengan kubah besar warna keemasan.

Tapi bukan itu yang jadi ciri khasnya. Ada sebuah kursi besar, dengan tinggi sekitar 9 meter di sisi kiri depan lapangan masjid. Bahannya kayu unglen. Ornamen kursi patah atau broken chair ini sama persis dengan yang di Kantor PBB Jenewa, Swiss, yang didirikan pada 1997. Didirikan  sebagai bentuk sebuah penolakan terhadap kekerasan bersenjata terhadap warga sipil.

Banyak orang bertanya, siapa yang membangun Masjid Raya Abdul Kadim ini? Yang membangunnya adalah Prof Dr A Kadim Ak SE MM MM SH MH CA CPA CFA Asean CPA CPMA CLL CFE CLA CIA CTAP BKPC. Dia Managing Partner Kantor Akuntan Publik KADIM, VERONIKA, SYAHIRMAN & ERIKA. Putra asli Desa Epil. BACA JUGA : Lampu Jalan Jadi Sorotan DPRD Kota Palembang, Ini Kata Walikota

Profesinya seorang konsultan. Ada lebih dari 100 perusahaan yang dia handle. Sebagian perusahaan asing. Dia memang berkeinginan mendirikan masjid yang makmur di kampung halamannya. Selalu penuh jemaah yang salat dan ibadah sepanjang waktu di sana. Lalu timbul idenya membangun icon berbeda dan menarik perhatian masyarakat.

Kultur tanah yang harusnya ditimbun, dibuat menjadi kolam. Dihubungkan jembatan yang tertata sangat cantik dan menawan. Masjid ini punya beduk besar. Bahkan salah satu yang terbesar di dunia. Diameternya sekitar 2,3 meter dan panjang 3,5 meter.

"Kulit sapinya saja kita datangkan dari New Zealand," kata Prof Kadim bersama istrinya Hj Siti Maryam  di Bandara SMB II Palembang, kemarin (10/4).

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan