https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Semenguk Versus Api Tuhan

Pada ujung perjuanganku menyelesaikan disertasi di Batavia, tiba-tiba gawaiku berdenting. Kaget aku. Isinya foto-foto tragis kakak sepupuku yang terendam minyak panas.

"Pulanglah," pesan singkat suamiku.

Sepanjang berada pada angkasa hingga tiba di rumah sakit, pipiku basah. Terbayang aku akan kulit sepupuku yang mengelupas. Juga terbayang wajahnya yang layu. Terbayang aku akan dagingnya yang menyembul karena minyak yang terlampau panas. Terbayang aku akan panasnya api Tuhan di akhirat kelak.

Dari bandara aku langsung ke rumah sakit. Seisi ruang menyambutku dengan air mata, senyap, tiada sepatah kata. Hanya mata kamilah yang bicara. Untungnya, dengan izin Allah, sebagian besar kulitnya masih "terjaga" karena semenguk.

Hari itu tukang-tukang masak  unit usaha pondok pesantren baru selesai menggoreng. Kuali kawah yang besar yang berada pada lantai baru saja berpisah dengan kompor. Tiba-tiba kakakku terpeleset dan kena sambut kebulan minyak yang masih mendidih. BACA JUGA : Tips : Setting Tag Youtube Khusus untuk Channel!

Sementara, para pegawai secepat kilat berbagi tugas. Ada yang segera mengganti pakaiannya dengan kain. Lalu, ada yang membersihkan lantai. Kemudian, ada yang menjauhkan kuali. Ada yang menyiapkan mobil. Lalu, yang menelepon rumah sakit. Terakhir, ada yang secepat kilat membalurinya dengan minyak semenguk sebanyak-banyaknya.

Seiring dengan berjalannya waktu, bagian tubuh kakakku yang terkena minyak semenguk tidak melepuh. Namun, kulitnya berangsur normal. Hanya bagian tertentu saja yang muncul keloid karena tak tersentuh semenguk.

Yang penasaran dengan semengut, bisa chat aku ya. Yang jelas, membuat minyak ini tidak sembarangan. Ini salah satu warisan nenek moyang orang Palembang yang dibuat secara bersanad.

Saudaraku, api dunia yang panasnya luar biasa takkan kuat kita menanggungnya. Apakah lagi api Allah  akhirat yang kelak kan membakar dosa-dosa kita.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan