Ubah Mindset Malas, Pacu Ketahanan  Pangan

Andi,  Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Pemulutan Ilir, Ogan Ilir

Menyatukan persepsi masyarakat bukanlah hal yang mudah. Karakter dan sifat masyarakat yang berbeda di setiap daerah menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Perlu berbagai pendekatan, kesabaran, tekad dan perjuangan membangun ketahanan pangan yang sejahtera di tengah masyarakat.

-----------------------

ANDIKA - Ogan Ilir

MENDEDIKASIKAN diri sejak tahun 2008 sebagai PPL di Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, membuat Andi (40) makin banyak makan asam garam pertanian masyarakat di lapangan. Mulai dari Desa Pipa Putih, Sungai Buaya, Muara Baru, Aur Standing dan kini ditempatkan di Pemulutan Ilir.

Banyak suka duka dan pengalaman yang sudah ditempuh olehnya. "Awal masuk di Pemulutan itu sebenarnya boleh dikatakan sangat sulit. Kalau tidak pintar-pintar kita cara mendekatinya, maka tidak bakal masuk," ujar lulusan Sekolah Pertanian Pembangunan Sembawa ini.

Cukup sulit memang diakuinya, karena tidak sedikit program yang dijalankan menemui kegagalan. Berbeda dengan karakter penduduk asal daerah Jawa. Masyarakat lokal dinilai tidak cukup tekun dalam bertani. "Pokok pertama itu pemalas, kalau dienjuk abis bae," ungkapnya.

Andi pun mengaku, di awal keberadaannya setelah pindah dari Muara Baru ke Pemulutan Ilir sekitar 2021, Ia banyak dibenci warga lokal di sana. "Mereka bilang, kami tidak percaya dengan PPL. Karena menurutnya banyak orang yang dapat bantuan pertanian sedangkan mereka tidak," ungkapnya.

Mulai dengan permasalahan tersebut, Andi mencoba meninjau penyebab yang membuat tidak lancarnya berbagai program di daerah tersebut. "Coba aku lihat arsif mereka. Nah, kulihat nanti dulu, kubilang tahan, jangan dulu. Kalau dalam setahun ini aku tidak bisa mengubah kamu, aku keluar dari Pemulutan Ilir," tegas Andi di depan keluhan masyarakat.

Dirinya lantas berusaha mengajukan bantuan program ketahanan pangan dari Dinas Pertanian ke kementerian. "Supaya GSMP ini berjalan maka aku minta satu program lagi. Aku diberikanlah program intensifikasi lahan. Alhamdulillah, aku diputuskan provinsi dan sudah diperiksa dari pusat bahwa intensifikasi lahan di OI, Pemulutan Ilir paling banyak dapat volume luasan hektare yang disetujui dalam program tersebut," terangnya.

Secara perlahan, karakter warga lokal yang dicap agak pemalas itu dipoles untuk jadi lebih rajin dan ulet dengan sendirinya. "Dapatnya program ini kita akui tujuannya adalah untuk mendukung program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP). Dari program intensifikasi lahan di Pemulutan Ilir dapat jatah paling banyak mengelola 140-an hektare lahan sawah lebak. Dengan bantuan berbagai sarana produksi pertanian hampir senilai Rp1 miliar," ungkapnya.

Program tersebut sudah dimulai sejak Oktober 2022 lalu. Masyarakat dibantu benih, pupuk, pestisida dan sarana pertanian lain untuk menanam padi. Hasilnya dalam lahan 1 hektare mencapai produksi padi 6,5 ton. "Lahan ini adalah sawah tipe lebak kepunyaan pribadi warga setempat, cuma karena mereka ini banyak malas ngerjakan tadi dak katik duit, mereka cuma mau tanam sekali, nanam kedua mereka tidak mau. Nah alhamdulillah ada program ini mereka tambah galak, jadi terpacu,’’ ujarnya.

Dikatakan, GSMP ini bisa terus berjalan karena ada program pendukung.  ‘’Memang kita tegas, kalau mau ikut program aku mereka harus benar-benar dijalankan dengan baik program tersebut. Kalau dak nurut cukup sampai di sini," sebut Andi.

Harapannya, lewat program GSMP yang awalnya untuk mendukung ketahanan pangan juga dapat mengubah mindset masyarakat. Memacu lebih giat, ulet dan tidak malas mengelola sumber daya lahan pertanian yang ada. (*/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan