Bawa Kopi Sumsel Berkelas Dunia, ILO Usul Bentuk Platform Multipihak SUCOFI
NIKMATI KOPI : Tim ILO menikmati kopi Sumsel bersama Apindo dan OJK. ILO mengusulkan pembentukan platform multipihak bernama SUCOFI supaya kopi Sumsel berstandar global. -foto: ibnu holdun/sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Tak diragukan lagi, Provinsi Sumsel merupakan salah satu daerah produsen kopi terbesar di Indonesia. Sayangnya kopi Sumsel sendiri kurang dikenal di kancah internasional, meski sudah dibawa ke tingkat dunia.
Hanya yang buat miris diekspor oleh daerah lain. Seperti kata Kepala OJK Sumbagsel, Arifin Susanto, "Sumsel punya kopi, Lampung punya nama”. Pernyataan ini mencerminkan ironi besar dalam industri kopi di Sumatera Selatan.
Sebagai provinsi penghasil kopi dengan kontribusi 26 persen dari total produksi nasional, Sumsel justru kalah bersaing dalam ekosistem industri kopi dibanding Lampung. Pernyataan ini kembali dicuatkan dalam pertemuan OJK Sumsel dengan delegasi dari International Labour Organization (ILO), badan dunia PBB yang fokus pada isu ketenagakerjaan.
Dua pejabat ILO, Ockert Dupper dari Kantor ILO Jenewa dan Kristina Kurths dari ILO Jakarta, diterima langsung Arifin Susanto di ruang rapat Kantor OJK Palembang. Delegasi ini dibawa oleh Sumarjono Saragih, Ketua Apindo Sumsel yang juga menjabat Ketua GAPKI Nasional Bidang Pengembangan SDM Sawit.
BACA JUGA:Segini Batasan dan Frekuensi Konsumsi Kopi dan Teh Saat Berbuka Puasa!
Dia mengatakan ada misi besar dalam pertemuan ini. Jika selama ini kerja sama dengan ILO banyak berkutat di sektor industri sawit, kini saatnya kopi Sumsel ikut naik kelas. Ia ingin memperkenalkan praktik keberlanjutan yang sukses diterapkan di industri sawit kepada petani kopi Sumsel.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Industri sawit telah berhasil memenuhi standar keberlanjutan global berkat kepatuhan sosial dan lingkungan yang disyaratkan dalam ESG dan SDGs. Dengan pendekatan yang sama, kopi Sumsel bisa bersaing di pasar global. Diketahui, Arifin Susanto sendiri adalah seorang barista yang ‘passionate’ terhadap kopi. Di bawah kepemimpinannya, OJK Sumsel berhasil mendorong ekspor kopi Sumsel langsung dari Pelabuhan Bom Baru Palembang.
Pada 19 Januari 2025 lalu, ekspor perdana berhasil dilakukan dengan mengirim 10 kontainer kopi ke Malaysia dan 4 kontainer ke Australia. Namun untuk membawa kopi Sumsel lebih jauh, diperlukan pendekatan menyeluruh. Sebelum bertemu OJK, delegasi ILO bahkan rela menempuh perjalanan delapan jam ke Pagar Alam. Mereka berdiskusi langsung dengan petani kopi yang dikoordinir tokoh senior, Frans Witjaksono. Dialog ini menjadi kunci dalam memahami tantangan yang dihadapi petani kopi di lapangan.
BACA JUGA:Anda Suka Kopi Tanpa Gula, Ini Manfaat dan Efek Sampingnya
BACA JUGA:Ini Dia Cara Menghilangkan Efek Minum Kopi Agar Tidur Bisa Nyenyak
Dalam pertemuan ini, ILO menawarkan dukungan penuh bagi kopi Sumsel agar bisa memenuhi standar global. Salah satu solusi yang diusulkan pembentukan platform multipihak bernama SUCOFI (South Sumatera Sustainable Coffee Initiatives). Program ini dimulai dari aspek kepatuhan sosial, terutama dalam perlindungan petani dan buruh tani kopi melalui standar kesehatan dan keselamatan kerja (health and safety). Setelah itu, aspek budidaya dan peningkatan produktivitas akan menyusul.
"Faktor petani dan buruh tani adalah kunci produktivitas. Jika mereka terlindungi dan diberdayakan, kopi Sumsel tak hanya berjaya di pasar global, tetapi juga membawa kesejahteraan bagi masyarakat," ujar Kristina Kurths.
Sebagai langkah konkret, Ockert Dupper berjanji akan menyusun program aksi kolaboratif yang melibatkan banyak pihak. Program ini akan bersifat jangka panjang dan mencakup seluruh ekosistem industri kopi, dari hulu hingga hilir. Namun, keberhasilan SUCOFI sangat bergantung pada dukungan nyata dari pemerintah Sumatera Selatan.
