Sebagian Petani Ganti Komoditas

TANAM PADI: Seorang warga menanam padi lahan tadah hujan setelah sebelumnya gagal tanam lantaran kekeringan.-foto ist -
LAHAT,SUMATERAEKSPRES.ID -Kerusakan irigasi dan kekeringan yang melanda beberapa daerah di Kabupaten Lahat mengganggu sektor pertanian. Khususnya di areal sawah. Hal ini berdampak pada pendapatan petani yang terganggu.
Meskipun demikian, sebagian petani berusaha mengganti komoditas yang mereka tanam dengan tanaman jagung, kacang tanah, atau umbi-umbian. Namun ada pula yang tetap bertahan dengan menunggu perbaikan irigasi.
BACA JUGA:Sedia Lengkap Perawatan Kecantikan, Riversa Aesthetic Clinic Beri Diskon ke Pelanggan
BACA JUGA:Semarakkan Valentine, Hadirkan Dua Konsep Unik
Ali, seorang petani di Kecamatan Lahat mengungkapkan kalau lahan miliknya merupakan lahan tadah hujan. “Me-nanam hanya bisa di musim hujan dan melihat kondisi cuaca. Kadang sekali tanam, kadang bisa dua kali, tergantung musim,” ujarnya.
Namun, Ali mengaku belum berani menanam komoditas lain selain padi. “Takut rugi dan belum mengerti cara menanamnya,” tambahnya. Hal serupa disampaikan Adi, warga Kecamatan Pulau Pinang. Akibat kerusakan irigasi, lahan pertanian di desanya terbengkalai selama lebih dari setahun.
“Sebagian penggarap bukan pemilik lahan, jadi untuk menanam komoditas lain, harus ada izin dari pemiliknya,” kata dia. Adi menjelaskan, meskipun ada potensi menanam jagung atau kacang-kacangan, mereka khawatir dengan harga jualnya.
“Kalau beras, meskipun tidak dijual bisa untuk kebutuhan sendiri. Tapi kalau jagung atau kacang, sulit menjualnya,” jelasnya. Adi juga menuturkan pe-ngalaman petani yang pernah mencoba menanam kedelai, saat panen mereka bingung dengan harga jualnya karena minimnya agen di daerah tersebut.
Ipul, petani di Lahat Selatan, menambahkan bahwa sebagian besar lahan yang dikelola merupakan milik orang lain. Oleh karena itu, untuk menanam komoditas lain, mereka harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pemilik lahan.
Namun, di kawasan Tanjung Tebat, kondisi berbeda terlihat. Jalal, warga setempat, meng-ungkapkan jika lahan sawah tidak digarap. Mereka menanam komoditas lain seperti jagung. “Sudah ada kenalan dari Pagaralam yang membantu menjual jagung. Jadi kami lebih berani,” ungkap dia.
Begitu pula dengan Oking, warga Kecamatan Mulak Ulu, yang mengatakan kalau kerusakan irigasi membuat lahan pertanian sulit untuk menanam padi. Akibatnya, banyak petani yang beralih menanam jagung, cabai, kacang-kacangan, dan sayuran.
“Di sini ada agen atau pe-ngepul untuk komoditas-komoditas tersebut. Jadi, kami tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup,” katanya. Meskipun demikian, Oking berharap irigasi dapat diperbaiki. Sebab, ada sekitar 200 hektare lahan sawah di desanya yang sebagian besar belum dimanfaatkan untuk menanam padi.
Masalah yang dihadapi petani tersebut menunjukkan betapa rumitnya situasi mereka. Meskipun ada potensi untuk menanam komoditas lain, banyak petani yang merasa terhambat oleh ketidakpastian pasar, masalah kepemilikan lahan, dan minimnya pengetahuan tentang cara menanam komoditas selain padi.
Tapi, dengan dukungan pasar yang lebih baik dan perbaikan infrastruktur irigasi, para petani di daerah ini berharap bisa kembali menanam padi atau bahkan beralih ke komoditas lain yang lebih menguntungkan.(gti )