Petani Kesulitan Persyaratan Bulog, Tengkulak Lampung Datangi OKI

OJEK GABAH: Aktivitas ojek gabah, mengangkut hasil panen dari sawah. -FOTO: KRIS SAMIAJI/SUMEKS-
SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Penyuluh Pertanian Desa Lubuk Seberuk, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten OKI, Riyo, mengungkapkan petani di Desa Lubuk Seberuk banyak menjual gabah secara langsung ke para tengkulak.
“Kondisi seperti ini sudah lama terjadi, tengkulak yang membeli dari Lampung," bebernya. Alasan petani, lebih hemat biaya. Petani tidak lagi bersusah payah menjemur padi untuk digiling menjadi beras.
Sementara untuk menjual gabah atau berasnya ke Bulog, banyak persyaratan. “Harga rendah saja persyaratanya susah dipenuhi petani,” ungkapnya, kepada Sumatera Ekspres.
Bulog Cabang OKU bakal mulai melakukan penyerapan beras dari petani di Kabupaten OKU Timur mulai periode Februari 2025. Yakni saat panen raya di Belitang. Sebab saat ini Bulog Cabang OKU masih memiliki stok beras di gudang sekitar 4.000 ton.
BACA JUGA:Hal Ini Bikin Petani Karet Kembali Antusias Berkebun
BACA JUGA:Kenaikan Harga Karet Menghidupkan Kembali Semangat Petani Muratara
“Stok beras yang ada di 4 gudang Bulog di OKU Timur, diperkirakan bisa untuk 3 bulan ke depan,” kata Kepala Bulog Cabang OKU Dr Julkhaidar, saat dikonfirmasi Sabtu (25/1). Menurutnya, biasanya membeli dalam Gabah Kering Giling (GKG) dan beras dari petani di Belitang.
Untuk harga jual beras Bulog saat ini belum ada kenaikan, dan belum ada perintah Badan Pangan Nasional. “Kalau harga dinaikan pemerintah, akan berdampak kepada kenaikan harga beras di pasaran,” sebutnya.
Salah satu petani asal OKU yang memiliki sawah di Belitang, Rudek, mengatakan ada sebagian petani memilih menjual beras ke tengkulak atau ke pabrik langsung. Dari tengkulak, baru dijual ke pedagang yang ada di pasar. "Kalau harga beras di tingkat petani antara Rp1.000 sampai Rp12.500 per kg. Tergantung kualitas beras bersih atau tidak," ujarnya.
Bulog Cabang Lahat, telah membentuk Tim Jemput Gabah Beras yang akan bertugas langsung ke lokasi panen. HPP, akan mengikuti Kepbadan No 2/2025. Namun meski penyerapan telah dibuka, hingga saat ini belum ada petani di Lahat menjual hasil panennya ke Bulog.
BACA JUGA:Fokus Serap Hasil Panen Petani
BACA JUGA: Dampingi Petani Tanam Padi IP300 Seluas 576 Hektare di Kabupaten OKI
Salah satu faktornya, petani padi di Lahat hasil panennya yang relatif sedikit. Sehingga sebagian besar berasnya digunakan untuk konsumsi pribadi petani.
Assistant Manager Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog Cabang Lahat, Febri Akbar, menyarankan agar hasil panen petani dikumpulkan terlebih dahulu oleh kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan).