Divergensi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melebar dan Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Berlanjut

Divergensi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melebar dan Ketidakpastian Pasar Keuangan Global Berlanjut-Foto: IST-
SUMATERAEKSPRES.ID - Bank Indonesia (BI) baru-baru ini mengumumkan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 menjadi 3,2 persen, meningkat dari sebelumnya 3,1 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa divergensi pertumbuhan ekonomi dunia semakin luas dan ketidakpastian pasar keuangan global terus berlangsung1.
Perekonomian Amerika Serikat (AS): Stimulus Fiskal dan Investasi Teknologi
Ekonomi Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu faktor utama yang meningkatkan proyeksi pertumbuhan global.
BACA JUGA:Istri Muda di Muratara Dianiaya Suami hingga Babak Belur, Pelakunya Ditangkap, Ini Penyebabnya
Didukung oleh stimulus fiskal yang signifikan, permintaan domestik meningkat, serta kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas.
Hal ini membuat perekonomian AS tumbuh lebih kuat daripada perkiraan123.
Ekonomi Lainnya: Lebih Lemah
Sementara itu, ekonomi Eropa, Tiongkok, dan Jepang masih mengalami kesulitan. Mereka dipengaruhi oleh menurunnya keyakinan konsumen dan tertahannya produktivitas.
Ekonomi India juga masih tertahan karena sektor manufaktur yang terbatas123.
BACA JUGA:Apes, Tujuh Kawanan Pencuri Kabel JTM PLN Dibekuk saat Beraksi, Ini Barang Bukti yang Diamankan
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2025
Meskipun ada diversifikasi dalam pertumbuhan ekonomi global, prospek pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diprediksikan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yaitu 3,2 persen. Fenomena ini dominan disebabkan oleh kemajuan ekonomi AS sementara negara-negara lain mengalami perlambatan123.
Arus Kebijakan dan Implikasinya
Arah kebijakan pemerintah dan bank sentral AS memiliki implikasi signifikan pada ketidakpastian pasar keuangan global. Kuatnya ekonomi AS bersamaan dengan dampak kebijakan tariff menunda proses disinflasi di AS dan meningkatkan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif mendorong yield US Treasury tetap tinggi, baik pada periode singkat maupun panjang. Hal ini menyebabkan preferensi investor global untuk memindahkan portofolio ke AS meningkat.