https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh (2): Perwira Brimob Sumsel Gugur, Jurnalis Sumeks Nyaris Hilang di Basis GAM

BRIMOB SUMSEL: Jurnalis Sumatera Ekspres, foto bersama Brimob Polda Sumsel yang tengah bertugas di Aceh, saat tsunami. Dipimpin AKP Asmin Amin (duduk pakai peci dan sarung). Inzet: Ipda Moklis yang selamat dari tsunami Aceh, tiba di Mapolda Sumsel, Januar-FOTO: DOK/SUMATERA EKSPRES.-

BACA JUGA:Museum Tsunami Aceh: Simbol Ketangguhan, Refleksi, dan Harapan Pasca Bencana Dahsyat yang Menginspirasi Dunia

Masing-masing bernama Bripka Sarbani, Brigadir Taryono, Brigadir Waluyo, Brigadir Andri Gunawan, Briptu Almizan, Briptu Andi Irawan , Briptu Trisephardi, Bharaka Khairil, Bharaka Margono, Abripda Yusuf Amir, dan Abripda Supian.

Herman menambahkan, Kasat Brimob AKBP Sukamso tengah memimpin melakukan pencarian dan penyisiran, bersama 45 personel Brimob Sumsel. “Kita berharap 11 anggota kami yang hilang secepatnya ditemukan dalam keadaan selamat,” harap Herman kala itu. 

Sayangnya kemudian, ke-11 personel itu juga ditemukan gugur. Total ada 16 personel Brimob Sumsel yang gugur akibat tsunami. Atas jasanya, para almarhum mendapatkan kenaikan pangkat istimewa, satu tingkat lebih tinggi.

Sementara itu dalam penyambutan kepulangan anggota Satuan Brimob Polda Sumsel yang selamat pada pekan pertama Januari 2005, salah satunya Ipda Moklis. 

“Kami masih sedih dan merasa kehilangan teman-teman yang gugur dan belum diketemukan,” ucapnya lirih, di Mapolda Sumsel.

Ipda Moklis bertugas di Aceh, sekitar 6 bulan sebelum tsunami terjadi. Dia menjadi Wakil Komandan Kompi (Wadanki), penempatan di Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. 

BACA JUGA:10 Tsunami Terbesar yang Pernah Terjadi, Dua di Antaranya di Indonesia

BACA JUGA:Kronologi Tsunami Aceh 2004, Tragedi yang Mengguncang Dunia

Mereka tidak menyangka, akan menghadapi bencana alam maha dahsyat itu. Malam hari sebelum gempa dan tsunami itu datang, dia dan sejumlah anggota lainnya memang tidak tidur. Yakni malam pada Hari Natal, Sabtu, 25 Desember 2004. “Kami memang lebih sering berjaga (bergadang), daripada tidur,” terang Ipda Moklis.

Tiba-tiba paginya, Minggu, 26 Desember 2004, para anggota Brimob Sumsel itu dikejutkan dengan adanya gempa. Awalnya kecil, berulang kali. Ipda Moklis langsung meloncat ke luar dari markasnya.

Kemudian terasa gempa berkekuatan lebih besar. Setelah gempa, dia mendengar informasi kalau di pesisir pantau ada gelombang besar yang datang. Tidak tahu kalau itu gelombang tsunami.


BANTUAN SUMEKS:.Bantuan dari pembaca Harian Pagi Sumatera Ekspres, sempat diserbu pengungsi tsunami Aceh saat di Posko Lhokseumawe dan Pidie. -FOTO: SUDIRMAN ABDULLAH/DOK/SUMATERA EKSPRES-

Belum sempat berpikir lama, tiba-tiba di depan matanya terlihat gelombang besar menyapu seluruh isi kota. Bukan hanya air pantai. Tapi berupa lumpur hitam, balok dan batang kayu, serta bebatuan besar.

Untungnya dia sempat menyelamatkan diri, dengan berlari sejauh sekitar 15 km ke dataran lebih tinggi. Kemudian dia naik ke sebuah gedung yang cukup tinggi. Tidak menyangka terjadi bencana alam seperti itu.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan