https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Mengajarkan Anak Berkebutuhan Khusus Berpuasa

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu bertaqwa” QS Al-Baqoroh : 183)

Puasa merupakan salah satu rukun Islam sehingga orang tua berkewajiban  mengajarkan anak untuk berpuasa. Dimana dengan puasa anak bisa berlatih sabar, menahan diri dari rasa haus, lapar dan hawa nafsu lainnya. Bulan Ramadan merupakan momen yang tepat untuk mengajarkan anak memahami berbagai nilai ibadah dalam Islam.

Mengenalkan dan membiasakan anak untuk berpuasa atau salat tarawih. Namun, bagaimana dengan anak-anak yang berkebutuhan khusus? Tidak jarang orang tua yang bertanya-tanya, apakah anak-anak yang berkebutuhan khusus juga wajib menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan? Terutama mereka yang sudah mencapai usia pubertas.

Anak-anak yang masuk ke dalam kategori kebutuhan khusus memiliki perilaku yang berbeda jika dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, mulai dari perilaku, mental, emosi, fisik, dan sensoriknya. ABK dikelompokan berdasarkan ketunaannya diantaranya ABK fisik yaitu tunadaksa ( lumpuh layu, paraplegia, cerebralpalsy, kretin, kerdil).

ABK sensorik yaitu tunanetra, tunarunguwicara, ABK intelektual yaitu tunagrahita, downsindrom, lambat belajar, kesulitan belajar spesifik (diskalkulia, disgrafia, disleksia ), ABK mental yaitu autism, ADHD (attention deficit hiperactivity disorder), hiperaktiuf, bipolar, depresi, gangguan kepribadian.

Salah satu hadis Rasulullah SAW terkait kelompok orang-orang yang berkewajiban untuk menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya kewajiban itu diangkat atas tiga kategori: pertama orang gila sampai dia sadar kembali, yang kedua bayi atau anak kecil yang belum baligh sampai dia baligh dan berakal, dan yang ketiga adalah orang yang tidur sampai dia bangun kembali.

Berdasarkan hadis ini artinya bagi ABK fisik, ABK sensorik, dan ABK intelektual memiliki kewajiban yang sama dengan anak pada umumnya, kecuali ABK mental. Dengan demikian orang tua juga bisa melatih anak berkebutuhan khusus berpuasa. Namun demikian ABK mental yang termasuk katagori ringan dengan konsultasi pada dokter atau terapis yang menanganinya dapat diajarkan berpuasa.

Mengajarkan anak berkebutuhan khusus berpuasa, sama halnya mengajarkan puasa pada anak umum dan dapat dilakukan sedari dini, hanya perlu kesabaran, ketlatenan, kerjasama dan figur/contoh dari angota keluarga tentunya. Berikut cara mengajarkan anak berkebutuhan khusus berpuasa :

Pertama. memberikan pemahaman terhadap anak mengenai berpuasa, sangat penting dilakukan di awal supaya anak berkebutuhan khusus paham dengan apa yang mereka lakukan. Sebaiknya dalam memberikan pemahaman, orang tua melakukan dengan cara yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh anak.

Kedua, cara melatih berpuasa selanjutnya tentunya adalah mencoba. Mintalah anak untuk mencoba berpuasa satu hari sekuatnya saja. Dengan mencoba akan memberikan pengalaman langsung kepada anak mengenai berpuasa.

Ketiga, bila anak berkebutuhan khusus sudah mencoba berpuasa sekuatnya selama beberapa hari. Selanjutnya berikan target pada anak misalnya dalam satu hari makan hanya jam 12 siang dan ketika berbuka yakni sekitar pukul 6 sore. Bila sudah mulai terbiasa maka latih berpuasa dalam satu hari penuh

Keempat, langkah selanjutnya adalah lakukan pembiasaan pada anak, pembiasaan bangun sahur, ajaklah ikut serta sholat tarawih, dsb. Pembiasaan akan membuat anak terbiasa melakukan aktivitas tersebut, sehingga lama kelamaan akan menjadi sebuah karakter.

Kelima, memberikan reward atau hadiah sangat penting agar anak termotivasi dalam melakukan. Tidak perlu hadiah mahal, cukup hadiah-hadiah sederhana yang disukai anak. Selain itu bisa juga berikan pujian ketika anak dapat menjalankan ibadah puasa hingga selesai setiap hari.

Keenam, siapkan menu sehat kesukaan anak hal ini sangat penting, karena anak akan bersemangat ketika dia mengonsumsi makanan kesukaannya. Orangtua bisa memberikannya dengan merencanakan daftar menu sahur terlebih dahulu atau tanyakan kepada anak, apa yang ingin dimakan saat sahur. Cara ini dilakukan agar gairah anak saat makan sahur menjadi lebih meningkat.

Ketujuh, perhatikan kondisi anak selama menjalankan ibadah puasa Orangtua wajib memperhatikan kondisi anak selama ia berpuasa, seperti adamya tanda-tanda kekurangan cairan atau nutrisi tertentu selama berpuasa.

Orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anaknya, termasuk juga anak berkebutuhan khusus dengan ilmu agama. Pendidikan akhlak dan budi pekerti, agar menjadi manusia beradab yang selalu berkata dan berperilaku sopan, sehingga kelak menjadi manusia yang berguna bagi sesama. Nilai-nilai pendidikan agama Islam yang berlandaskan Al-Quran dan Al-hadist karena itu merupakan suatu kunci. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan