Ubah Sampah Jadi Karya Seni, Satu Karya Butuh 3 Bulan
KARYA SENI : Seniman Sumsel, Alif Priyono menunjukan hasil karya seni yang dia olah dari barang bekas atau limbah sisa kayu hasil industri panglong-Foto : AGUSTINA/SUMEKS -
Mengenal Lebih Dekat Alif Priyono, Seniman Sumsel yang Siap Mendunia
SUMATERAEKSPRES.ID - Di tangan yang tepat, sampah bisa jadi bernilai seni, ekonomis, hingga dapat digunakan lagi menjadi barang bermanfaat dan tidak mencemarkan lingkungan. Hal inilah yang dilakukan seniman Sumsel, Alif Priyono lewat branding produk Waste Art by Alif.
Agustina Saridewi - PALEMBANG
ALIF mengubah sampah menjadi karya seni memukau. Dia merupakan seniman daur ulang yang memanfaatkan barang bekas, seperti sisa kayu hasil industri panglong. Apalagi di Palembang banyak usaha panglong kayu atau industri kusen yang limbahnya tak dimanfaatkan lagi. Sisa produksi kusen, pintu, dan lainnya itu lantaran kecil tak bisa dijadikan kayu bakar, maupun produk konstruksi lainnya sehingga menjadi limbah.
"Limbah ini saya kumpulkan, berikut sisa kayu industri sawmill atau pemotongan kayu yang kemudian disusun menjadi karya seni," jelasnya. Dari sini, salah satu hasil karyanya pun terpilih mengikuti pameran Aceh Internasional Kolaboratif Art Exhibition yang diikuti seniman Indonesia dan mancanegara, dan karya Alif mewakili Sumsel.
Terpilihnya karya di pameran internasional ini sejalan dengan tema yang diusung “Warisan Budaya (Cultural Heritage) dan era saat ini”. "Jadi yang diinginkan dalam pameran ini setiap seniman menampilkan karya seninya yang memiliki nilai warisan budaya, tetapi tetap menghubungkan dengan kehidupan saat ini," ujarnya.
BACA JUGA:Dorong Seniman Berkarya dan Lestarikan Budaya
Karya ini, kata Alif, merupakan representasi dirinya sebagai seniman yang mempertanyakan warisan kebudayaan. Apalagi pria kelahiran periode 1970-an itu memiliki latar multietnis, dimana orang tuanya berasal dari campuran suku Sulawesi, Jawa, Palembang, dan etnis lainnya. "Sehingga identitas budaya itu bercampur dari berbagai suku ini, tapi tidak full," paparnya.
Tidak hanya mendaur ulang limbah kayu, ia juga mengubah limbah streofoam seperti dalam karyanya “History of Life” yang menjadi diary hidupnya dalam sebuah karya seni abstrak. Karya dari streofoam ini juga sempat masuk kurasi untuk ikut lomba di Bangkok, Thailand sampai tahapan wawancara. Hanya ia terkendala shipping-nya karena besar.
Menghasilkan karya dari sampah dengan hasil memukau, kata Alif, tidak mesti butuh waktu panjang. Kalau dikerjakan sungguh-sungguh dalam 3 bulan bisa jadi satu karya. "Pagi sampai sore kerja, waktu usai kerja atau luang bisa dikerjakan. Waktunya kalau dikebut paling 3 bulan untuk satu karya," ujar pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel ini.
Karya seni dibagi dua, ada yang untuk materi dijual secara ekonomis harganya lebih tinggi dan ada yang untuk materi pameran. "Saya lebih cenderung ke karya seni pameran secara materi jual rendah, tapi untuk nilai pamerannya tinggi karena yang diadu ide," katanya. Trcatat Alif sejak 2020/2021 ikut pameran pertama se-Kota Palembang. Kemudian lanjut pameran Art Show di Lampung mewakili Palembang. Selanjutnya Pameran Seni Rupa Temu Karya Taman Budaya se-IndosatCare di Samarinda mewakili Sumsel.
BACA JUGA:Seniman Serbabisa P Ramlee Ternyata Berdarah Indonesia, Ini Dia Profilnya!
Juara pertama Indonesia Awards di tingkat provinsi, tahun ini finalis tingkat nasional, Pameran Internasional Indonesian Design Week di PIK, dan pameran Aceh Internasional Kolaboratif Art Exhibition. "Target ke depan insya Allah dapat ikut pameran tingkat internasional di luar negeri. Kalau sekarang kan baru pameran internasional, tetapi pelaksanaannya di dalam negeri," pungkasnya.