https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Suku Ogan Jaga Tradisi Tari Ngibing

TARIAN : Suku Ogan Uluan merupakan sub-suku yang masih kental akan kebudayaan Austronesia asli seperti pada kesenian Ngibing dan Kenong khas Ogan. Suku Ogan juga memiliki beragam budaya termasuk tarian. FOTO: IST--

Selain tarian, juga ada Bahasa Ogan yang merupakan rumpun Bahasa Melayik dituturkan oleh masyarakat Ogan, baik di Sumsel dan kantong wilayah  Ogan lainnya.

Secara kekerabatan, Bahasa Ogan masih satu rumpun dengan Bahasa Besemah-Semende dalam keluarga Melayu Barisan Selatan meskipun tidak sama persis.

Bahasa Ogan merupakan bahasa komunikasi utama yang dipakai dalam setiap acara adat Ogan sampai bertutur sehari-hari.

Dikutif dari wikipedia.org, Bahasa Ogan saat ini masih dituturkan sekitar 69 persen dari Suku Ogan atau sekitar 500.000 ribu jiwa.

Keunikan bahasa ini dapat dijumpai banyaknya sinonim yang digunakan untuk kondisi-kondisi serta norma moral (kesopanan) tertentu, hal ini tidak dijumpai dalam Bahasa Besemah-Semende. 

Selain itu juga, banyak kosakata Bahasa Ogan yang hanya ditemukan ekslusif di Bahasa Ogan dibandingkan bahasa etnis di sekitarnya.

Secara logat, Bahasa Ogan mengikuti aliran Sungai Ogan, semakin ke hulu logat Bahasa Ogan semakin keras dan tegas.

Sementara semakin ke hilir logat Bahasa Ogan semakin halus dan mendayu-dayu. Meskipun seperti itu, masyarakat Ogan masih dengan mudah memahami satu sama lain.

Sebelum pertengahan abad ke-20, Masyarakat Ogan masih memiliki tulisan asli yang bernama Surat Ulu atau Surat Ugan dalam urusan hukum perdata sampai tulisan sehari-hari. Sampai perlahan-lahan tergantikan aksara Latin atau Urup Laten. Aksara ini sempat diajarkan di sekolah-sekolah di Ogan Komering Ulu. Meski tidak terlalu mendalam.

Masyarakat Ogan memiliki sastra tutur lisan yang sangat kaya. Terdapat 3 (tiga) sastra utama asli Suku Ogan, antara lain Jelihiman, Rendai, dan Jang-Panjang.

Jelihiman merupakan sastra tutur lisan berupa syair yang menceritakan epos-epos, legenda dan kisah-kisah orang-orang hebat di masa lampau, kesenian ini sudah punah di Ogan walau begitu sudah tercatat untuk keperluan penelitian linguistik. 

Rendai merupakan sastra lisan menyerupai pantun bernada, ciri khas dari Rendai dapat ditemukan pada kalimat pembuka yang berbunyi "Endeng Endeng".

Kesenian Rendai kini lebih umum ditemukan pada acara pernikahan Suku Ogan yang berada di wilayah Semidang Aji, Baturaja sampai ke Lubuk Batang di OKU. 

BACA JUGA:Wisata Alam Seru di Hutan Kota Baturaja: Tempat Camping yang Asri, Pilihan Liburan Terjangkau

BACA JUGA:Citimall Baturaja Ajak Anak Panti Asuhan Games dan Bukber

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan