Menggali Sejarah Cinde Dari Kesultanan Palembang hingga Kini
Cinde Dari pasar tradisional yang ramai hingga kondisi memprihatinkan saat ini. Dulu pusat perdagangan, kini terhenti oleh proyek Aldiron Plaza. Kenang kembali Cinde di tahun 1970. Foto:Ist/Sumateraekspres.id--
BACA JUGA:Hasil UKPPPG Segera Diumumkan, Prof Nunuk Beberkan Banyak Potensi Peserta Lulus, Ini Cirinya
Sementara itu, dari penjelasan seorang anak pemborong pembangunan pasar, nama pasar Cinde diambil dari pengucapan Melayu yang berarti “bagus.” Hal ini terjadi pada era Walikota Ali Amin di tahun 1950-an.
Terkait dengan keberadaan sungai di kawasan Cinde, Mang Amin menjelaskan bahwa banyak sungai di Palembang ditutup atau ditimbun pada masa penjajahan Belanda untuk mendukung transportasi darat dan kepentingan lainnya.
Menurutnya, Palembang dikenal sebagai daerah seribu sungai, di mana hampir setiap daerahnya dihubungkan dengan sungai.
BACA JUGA:Hasil Debat Pertama Pilgub Sumsel, Eddy Santana Putra Unggul
BACA JUGA:Garuda Indonesia Travel Festival 2024 Resmi Digelar di 6 Kota, Promo Cashback Hingga Rp4,5 Juta
Dr. Dedi Irwanto, ahli sejarah dari Universitas Sriwijaya, menambahkan bahwa Cinde Welang merupakan tanah tinggi yang semacam delta, dikelilingi oleh air.
Ia menyatakan bahwa lokasi tersebut dulunya digunakan sebagai kuburan, terutama bagi para raja.