Pertamina Dukung Keanekaragaman Hayati, Konservasi Ikan Belida dengan Terobosan Kebaharuan
SELAMATKAN: PT Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju mendukung penyelamatan dan pelestarian ikan belida yang terancam punah.-foto: pertamina for sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Inovasi menjadi ciri khas yang harus melekat pada setiap aktivitas penelitian. Indikator inovasi berupa realisasi ide atau gagasan baru yang diterapkan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan, guna memprakarsai dan memperbarui produk atau proses. Lebih detilnya, inovasi dapat dibuktikan dengan adanya “Novelty” atau kebaruan sebagai unsur orisinalitas yang menunjukkan temuan baru dalam sebuah penelitian.
Semangat itulah yang dilakukan para peneliti dari Pusat Riset Konservasi Sumber Daya Laut dan Perairan Darat (PRKSDLPD), yang berada di bawah naungan Organisasi Riset Kebumian dan Maritim, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang saat ini bekerjasama Kilang Pertamina Plaju, perusahaan pengolahan migas & petrokimia di Sumsel, dalam upaya riset dan konservasi ikan belida (Chitala Lopis). Ikan belida menjadi endemik Indonesia yang keberadaannya terancam punah.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2021 menegaskan ikan belida termasuk dalam kategori perlindungan penuh. Untuk itu, demi menyelamatkan ikan belida yang merupakan identitas sekaligus kebanggaan Kota Palembang yang saat ini masih ditemukan di beberapa titik perairan di Sumsel, sehingga riset dan konservasi menjadi keharusan untuk terus dikembangkan agar tetap lestari yang sejalan dengan Program Unggulan Hayati PT Kilang Pertamina Internasional RU III Plaju yaitu Belida Musi Lestari.
Peneliti dari PRKSDLPD BRIN, Dr Boby Muslimin mengatakan, ekosistem ikan belida di alam semakin memburuk setiap tahun. “Diperburuk dengan adanya perubahan iklim, perubahan lanskap, perubahan kualitas air, degradasi limbah, dan lainnya, sehingga ekosistem ikan belida di alam menjadi terancam hilang. Inilah yang kita upayakan agar ikan itu punya tempat baru di luar lingkungannya, dengan cara konservasi ex-situ,” kata Boby.
Untuk itu, konservasi ikan belida di Kolam Kampus C Universitas PGRI Palembang, dilakukan dengan treatment khusus. Salah satu kebaruan (novelty) yang diterapkan peneliti konservasi dalam Program Belida Musi Lestari adalah penggunaan kolam terpal RAS (Recirculating Aquaculture System), sebagai teknologi akuakultur yang menggunakan filter untuk mendaur ulang air. Dengan teknologi ini, senyawa beracun seperti amonium dan limbah padat dapat diubah menjadi senyawa tidak beracun untuk digunakan kembali.
Inovasi pemeliharaan induk ikan belida pada bak terpal RAS (Recirculating Aquaculture System) sekaligus sebagai wadah pemijahan induk belida (Chitala Lopis) menjadi novelty pada inovasi ini, yang tidak pernah dilakukan oleh inventor sebelumnya. Keunikan inovasi ini, merupakan indikator bahwa budidaya induk ikan belida dapat ditingkatkan pada level urban farming di perkotaan dengan lahan yang semakin terbatas.
Keunikan kedua dari inovasi ini adalah pemijahan induk ikan belida secara semi buatan dengan injeksi hormon maturasi, dimana sebelumnya pemijahan hanya dilakukan secara alami dan massal di kolam tanah, sehingga tidak diketahui induk yang produktif dan kesulitan dalam observasi perkembangan gonad induk ikan belida yang membutuhkan waktu yang cukup lama (tahunan) dalam menghasilkan ovulasi telur. Pada inovasi injeksi hormonal ini, ovulasi telur dapat dipercepat hingga 3 bulan.
Inovasi ini menggunakan bahan-bahan berupa 18 induk ikan belida (6 jantan dan 12 betina) berukuran 2-3 kg/ekor, bak terpal RAS, benih ikan lele untuk pakan induk ikan belida, kayu kolem sebagai shelter penempelan telur, stabilizer untuk anestesi ikan, betadine untuk bahan desinfektan pasca injeksi, spuit berukuran 1-3 ml, hormon LH, FSH, PMSG dan antidopamin.
BACA JUGA:Connext Powered by PLN: Wadah Inovasi dan Kolaborasi Startup Energi di Tahun 2024
BACA JUGA:Inovasi Kapolres Muba Budidaya Jamur Merang
“Jadi kita menggunakan tiga treatment selain tadi ada terpal RAS, yang kita treatment itu ada injeksi hormonal yang tiga jenis yang pertama itu adalah yang jenisnya FSH (Hormon perangsang folikel) dan LH (hormon luteinisasi), yaitu hormon yang bekerja sama untuk menstimulus reproduksi sel telur dan perkembangan seksual. Kemudian juga kita gunakan Hormon PMSG dan antidopamin, yaitu hormon yang dapat mempercepat pematangan gonad ikan untuk meregulasi hormon gonadotropin,” lanjutnya.
Ternyata, rekayasa reproduksi ini dengan injeksi hormon FSH dan LH di kolam terpal RAS memberikan hasil signifikan, dengan respon belida yang bisa sampai bertelur hingga 8 kali dalam tempo waktu kurang lebih dua bulan, dan jumlahnya sudah seribuan butir (telur). Padahal, waktu reproduksi belida normalnya bisa lebih dari setahun pada lingkungan baru.