7.400 Gagal Ginjal, Alat Cuci Darah Terbatas
--
SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Baru delapan pasien yang berhasil jalani transplantasi atau cangkok ginjal di RSUP dr Mohammad Hoesin Palembang. Sejatinya, penderita gagal ginjal jumlahnya di Sumsel jauh lebih banyak dari itu.
Akumulasi dari seluruh rumah sakit di Sumsel lebih dari seribu orang. Terdata karena mereka berobat dan sudah mendapatkan pengobatan, bahkan cuci darah (hemodialisa/HD). Sayangnya, tidak semua rumah sakit punya peralatan untuk cuci darah.
Alhasil, pasien-pasien gagal ginjal harus dirujuk ke rumah-rumah sakit yang punya peralatan hemodialisa. Direktur RSUD Martapura, dr Dedy Dahmudy mengatakan, pihaknya memang belum punya layanan cuci darah bagi penderita sakit ginjal.
"Insya Allah ke depan akan kami ubah masterplan. Akan kami rencanakan gedung khusus untuk hemodialisas, SDM dan peralatannya, dalam 2 sampai 5 tahun ke depan. Seiring proses RSUD Martapura menuju tipe C," jelas dr Dahmudy.
Dia mengatakan, selama ini, jika ada pasien ginjal yang harus cuci darah, maka dirujuk ke RSUD OKU Timur Belitang, RS Islam Belitang, RS Charitas Belitang, ke Baturaja dan Palembang.
Terpisah, Direkur RSUD OKU Timur dr Sugiharto mengatakan, rumah sakit yang dipimpinnya memiliki layanan hemodialisa. "Untuk saat ini setiap hari penuh 18 pasien," katanya. Kapasitas itu tidak sebanding dengan jumlah pasien.
BACA JUGA:Layanan Prima Operasi Batu Ginjal di RSUD Siti Fatimah Prov. Sumsel
Masih banyak lagi pasien gagal ginjal yang antri untuk cuci darah, sehingga perlu penambahan alat. "Kita sudah melakukan penambahan 10 alat, namun saat ini belum kredensialing atau belum di- acc dari pihak BPJS Kesehatan. Masih proses," bebernya.
Jika semua itu sudah bisa dioperasionalkan, maka layanan cuci darah di RSUD OKU Timur bisa dibagi dua shift per hari. “Maka bisa menambah kapasitas untuk 20 pasien per hari, satu mesin dua shift," pungkasnya.
Rumah sakit lain yang belum punya layani HD yaitu RSUD Banyuasin. “Belum bisa,” kata Direktur RSUD Banyuasin, dr Ari Fauta. Di sana belum punya mesin dialyzer dan jarum khusus untuk cuci darah.
“Kita belum ada alatnya,” ujar dia. Dengan begitu, pasien gagal ginjal yang harus cuci darah terpaksa dirujuk ke rumah sakit di Palembang. Namun, untuk tahun depan (2025), pihaknya akan bekerja sama dengan penyedia alat cuci darah agar di RSUD Banyuasin bisa ada layanan hemodialisa.
Di RSUD Kota Prabumulih, sedikitnya ada 60 orang yang merupakan pasien cuci darah. Hal itu diungkap Direktur Utama (Dirut) RSUD Prabumulih, drg Sriwidiastuti. "Sampai saat ini tercatat 60 orang," ujarnya didampingi Kepala Ruangan Hemodialisa, Widiastuty SST.
Dia mengatakan, RSUD Prabumulih merupakan salah satu yang melayani pasien hemodialisa. Daftar tunggu (waiting list) pasien yang hendak melakukan cuci darah itu terus bertambah.