https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Menguak Sejarah Sungai Kedukan: Sungai Legendaris Penghubung Masa Lalu Palembang, Abadi jadi Nama Lorong

Sungai Kedukan menjadi salah satu sungai melegenda di Palembang, di Kawasan Seberang Ulu 1 bahkan diabadikan menjadi nama lorong.-Foto: Dudun/sumateraekspres.id-

Dalam prasasti ini disebutkan bahwa Dapunta Hyang memimpin ribuan pasukan dari Minanga dengan menempuh jalur air, termasuk melalui Sungai Kedukan, menuju wilayah yang kini dikenal sebagai Palembang.

Perjalanan Dapunta Hyang ini menjadi tonggak awal kejayaan Sriwijaya. Sungai Kedukan, yang saat itu merupakan salah satu jalur strategis untuk transportasi dan perdagangan, menjadi saksi bisu bagaimana Palembang tumbuh menjadi pusat pemerintahan dan perniagaan.

Sungai ini berfungsi sebagai penghubung antara Sungai Musi dan jaringan sungai kecil lainnya, sehingga kawasan di sekitar Sungai Kedukan berkembang menjadi pusat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat pada masa itu.

Untuk mengenang peran besar Sungai Kedukan dalam sejarah Palembang, nama sungai ini diabadikan sebagai nama jalan utama di Kecamatan Seberang Ulu 1.

Penamaan ini bukan sekadar simbol, melainkan upaya menjaga ingatan kolektif masyarakat tentang pentingnya sungai ini dalam membentuk identitas kota Palembang.

Jalan Sungai Kedukan, yang membentang di lingkungan RT.25 RW.6 Kelurahan 5 Ulu Palembang, kini menjadi salah satu jalur yang padat dengan aktivitas masyarakat.

BACA JUGA:Dulu Air Mengalir, Kini Lemari Berjejer, Simak Kisah Transformasi Sungai Segaran jadi Jalan Segaran

BACA JUGA:Lagi Mencuci Pakaian, Lansia Terpeset dan Tenggelam di Sungai Musi, Begini Kondisinya

Menurut Azim Amin, seorang tokoh masyarakat setempat yang sering menjadi pembicara sejarah Palembang, Sungai Kedukan memiliki sejarah panjang yang terus hidup di ingatan warga.

Lahir pada tahun 1951, ia menceritakan bahwa pada masa kecilnya, ia sering bermain di sekitar Sungai Kedukan dan sungai-sungai lainnya seperti Sungai Pabrik, Sungai Saudagar Kucing, dan Sungai Kapuran

. "Dulu, sungai-sungai ini menjadi tempat bermain kami. Sungai Kedukan itu sangat luas dan deras. Ketika banjir, airnya bisa membawa siapa saja yang terjatuh ke dalam arusnya," ujarnya.

Pada tahun 1960-an, Azim Amin mengingat bahwa dasar Sungai Kedukan masih berupa pasir, sehingga saat surut, warga dapat berlari di sepanjang sungai.

Kini, kondisi sungai tersebut telah berubah, dengan dasar yang dipenuhi lumpur hingga kedalaman dua meter. Meskipun demikian, kenangan akan masa-masa ketika sungai masih bersih dan dipenuhi udang serta biawak tetap terpatri dalam ingatannya.

BACA JUGA:Tradisi dan Legenda Sungai Soak, Saksi Bisu Peradaban Warga Gandus di Palembang

BACA JUGA:Berperan Penting dalam Sejarah Jalur Perdagangan Palembang, Kondisi Sungai Terusan Kini Memprihatinkan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan