Paparkan Strategi Transisi Energi Capai NZE
KERJASAMA: Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM, Hendra Iswahyudi (tengah), Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, Hartanto Wibowo (kedua dari kiri), President Director PT HDF Energy Indonesia, Mathieu Geze (kedua dari kanan), H-foto: ist-
JAKARTA, SUMATERAEKSPRES.ID – Presiden Joko Widodo secara resmi membuka Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024 di Jakarta Convention Center. Dalam acara tersebut, PT PLN (Persero) memaparkan komitmennya dalam transisi energi untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 kepada para delegasi dunia yang hadir.
Presiden menekankan pentingnya kolaborasi global dalam menghadapi perubahan iklim, terutama antara negara maju dan berkembang. ‘’Pendekatan yang kolaboratif dan berperikemanusiaan diperlukan untuk memastikan transisi energi yang adil, tanpa membebani rakyat kecil,’’ katanya.
Untuk menyelesaikannya (transisi energi) butuh pendekatan yang kolaboratif. ‘’Butuh pendekatan yang berperikemanusiaan dan kolaborasi antara negara maju dan berkembang serta kemanusiaan agar prosesnya tidak mengorbankan kepentingan rakyat kecil,” ucap Presiden.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, PLN berkomitmen menjalankan transisi energi dengan berpegang pada trilema energi yakni keandalan, keterjangkauan, dan keberlanjutan energi. "Sebagai tulang punggung transisi energi di tanah air, PLN berkomitmen mendukung pemerintah mencapai NZE berdasarkan trilema energi. Kami tak hanya berfokus pada penyediaan energi listrik semata, tetapi juga memastikan energi yang disalurkan aman, bersih, terjangkau, dan berkelanjutan," jelas Darmawan.
BACA JUGA:Dukung Sektor Energi Terbarukan, Lewat Pendidikan Vokasi
BACA JUGA:Pejuang Energi di Ujung Negeri
Dikatakan, perubahan iklim merupakan permasalahan global. Untuk itu, dibutuhkan solusi secara global dalam bentuk kolaborasi, baik dalam strategi, inovasi teknologi, maupun investasi bersama.
Direktur Manajemen Proyek dan Energi Baru Terbarukan PLN Wiluyo Kusdwiharto menambahkan, PLN telah menyusun peta jalan transisi energi bersama dengan pemerintah dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang merupakan RUPTL terhijau sepanjang sejarah PLN dan Indonesia dengan komposisi pembangkit EBT sebesar 52 persen. Saat ini tengah dirancang RUPTL yang sudah terhijau dengan transformasi agresif yang di sebut Accelerated Renewable Energy Development (ARED). "Hal ini menandai komitmen besar dalam transisi energi di sektor ketenagalistrikan Indonesia, penambahan kapasitas pembangkit 75% berbasis pada energi baru terbarukan (EBT) dan 25% berbasis pada gas," jelas Wiluyo.
Wiluyo juga menekankan kolaborasi global sangat krusial untuk memecahkan tantangan transisi energi seperti investasi, intermitensi listrik EBT. ‘’Kami telah menjalin kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai negara, dengan investor lokal dan internasional, dengan pengembang, penyuplai, dan vendor (terkait transisi energy)," pungkasnya.