Persentase Penduduk Miskin Menurun
MUARA ENIM - Persentase penduduk miskin di Kabupaten Muara Enim menurun di tahun 2022 bahkan lebih rendah dari Sumatera Selatan. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Muara Enim, Edi Subeno SE Msi. "Persentase penduduk miskin Kabupaten Muara Enim mengalami penurunan, yaitu dari 12,32 % di tahun 2021 menjadi 11,12 % diakhir tahun 2022," ujarnya. Persentase tersebut, lanjutnya, berada dibawah rata-rata persentase penduduk miskin Provinsi Sumsel, yaitu 11,9%."Dengan penurunan persentase tersebut artinya merupakan tren positif dan diharapkan bisa semakin menurun," harapnya. Pj Sekretaris Daerah, H Riswandar SH MH mengatakan bahwa indikator kemiskinan pendataan BPS tersebut didasarkan pada konsep penghitungan kebutuhan dasar penduduk untuk memenuhi makanan dan komoditi non-makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. "Penurunan tersebut menunjukkan bahwa program yang ditetapkan dan dilaksanakan dalam visi maupun misi yang dijabarkan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) telah berjalan pada arah yang benar," terangnya. Namun dirinya menekankan agar tidak berpuas diri karena pengentasan kemiskinan harus terus dicapai seminimal mungkin atau setidaknya dibawah 1 digit, yaitu dibawah 10% pada 2024 sesuai target yang ditargetkan Gubernur Sumsel. "Jadi, dengan rilis data terbaru ini, maka peringkat persentase penduduk miskin Kabupaten Muara Enim-pun menurun menjadi peringkat 12 dari 17 kabupaten/kota di Sumsel," imbuhnya. Pj Bupati Muara Enim, Kurniawan Ap Msi mengatakan tren positif ini juga ditunjukkan dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muara Enim yang saat ini mencapai 5,75% atau tertinggi di Sumsel. "Saya berharap seluruh program pembangunan dapat menyentuh seluruh aspek dan memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat," tukasnya. Apalagi menurutnya dengan mayoritas penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan perkebunan, maka terus didorong untuk selalu produktif sehingga tidak hanya meningkatkan perekonomian, melainkan juga menurunkan risiko rawan pangan yang juga menekan kasus balita stunting. (Way)