Kuda Kepang Bertahan, Menolak Punah, Tarif Rp3-4 Juta, Tampil Setiap Pekan
PERTUNJUKAN : Kelompok Sanggar Kuda Kepang Satrio Budoyo tampil di salah satu acara warga.-foto: kris/sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Di tengah gempuran digitalisasi, kesenian dan budaya kuda kepang ternyata masih diminati. Bahkan setiap pekan, kelompok sanggar kuda kepang mendapatkan undangan tampil di berbagai kegiatan. Salah satunya Sanggar Kuda Kepang Satrio Budoyo, yang tampil Minggu (6/10) malam di kawasan Simpang Kades, Kelurahan Sukodadi, Kecamatan AAL menghadiri acara tasyakuran satu keluarga.
“Sanggar menampilkan kesenian kuda kepang dan campur sari untuk menghibur keluarga dan masyarakat sekitar. Sanggar ini membawa 40 anggota tim dengan durasi permainan hingga 3 jam,” ungkap Wakil Koordinator Lapangan Perhimpunan Seni Budaya Jaran Kepang (Perjakep) Kota Palembang, Saiman, didampingi Ketua Sanggar Kuda Kepang Satrio Budoyo Kuda Kepang, Darminto.
Dikatakan, kesenian ini merupakan warisan budaya dan seni yang harus dipertahankan. Saat ini peminatnya cukup banyak dan menyebar di Sumsel, termasuk Kota Palembang. Di Sumsel, lanjut Saiman, ada 70 sanggar dengan 40 sanggar berada di Palembang dan mereka tergabung dalam Perjakep (Perhimpunan Seni Budaya Kuda Kepang), kemudian 20 sanggar tergabung dalam Forum Sriwijaya Budaya Sumsel, selebihnya belum tergabung pada perhimpunan manapun.
Mayoritas, kuda kepang sering ditampilkan pada berbagai kegiatan seperti khitanan, resepsi manten, akad nikah, ulang tahun, festival dan kegiatan lainnya. "Semakin ramai dan banyak peminat, pemain tak lagi orang dewasa, banyak juga remaja. Pertunjukan selain kuda kepang, ada campur sari," tuturnya. Saiman menjelaskan, anak-anak berlatih sejak usia 8 tahun. Pihak sanggar membuka kesempatan bagi anak atau remaja yang ingin ikut latihan dan pembinaan.
BACA JUGA:Korban Jaranan Kuda Kepang Bertambah. Tumin Gilir Murid Perempuan Untuk Penglaris Jaranan
BACA JUGA:Kuda Lumping: Warisan Budaya yang Tetap Hidup di Tengah Zaman Modern dan Sarat Makna
“Yang minat bisa datang ke Sanggar Satrio Budaya di Jl Pajak Perne No 9, RT 13, RW 03, Taman Murni samping PT Prima Ekspres. Latihannya setiap Kamis dan Minggu,” ucapnya. Soal tarif, Saiman mengungkap biasanya sekali tampil dibayar Rp 3-4 juta. Namun, sanggar juga melihat kondisi keuangan pihak yang mengundang. Kalau tidak mampu dan tetap mau mengundang, tentu ada yang disesuaikan.
Saat ini undangan tampil sangat banyak, setiap pekan selalu ada panggilan. Bahkan hari Minggu pertama Oktober, ada 4 grup yang tampil siang dan malam hari. “Kadang gak di Palembang saja, tapi di daerah di Sumsel, kesenian ini bukan cuma milik masyarakat Jawa, tapi banyak warga lain menyukai kuda kepang,” beber Saiman.