https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Ekosistem Mangrove, Wisata Edukasi yang Menjanjikan di Sumatera Selatan

Dewi Rosanti, Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas PGRI Palembang-FOTO: IST-

Salah satu tempat dengan potensi mangrove yang tinggi adalah Taman Nasional Sembilang (TNS)  yang terletak di pesisir timur Provinsi Sumatera Selatan secara geografis berada pada 104014’-104054’ Bujur Timur dan 1053’-2027’ Lintang Selatan, merupakan pusat penelitian mangrove dunia.

Kawasan Taman Nasional Sembilang merupakan tempat bermigrasinya burungSiberia yang bermigrasi migrasike Australia dan New Zealand dan sebaliknya, mereka migrant hanya menghindari musim dan mereka tidak berkembang biak di negera tujuan, dan berkembang biak kembalike negaranya sekitar bulan Mei dan bulan November.

Jika terjadi musim gugur burung menghindar kembali dari negaranya, sedangkan yang masih tertinggal di kawasan Sembilang. Burung migrant ini  etridentifikasi sekitar14 species dengan jumlah individu mencapai lima ribuan.  Pada masa migrasi ini, banyak kaum akademisi dan peneliti bermukim ke kawasan ini.

Tak hanya Taman Nasional Sembilang, kawasan mangrove yang berpotensi sebagai wisata di Sumatera Selatan lainnya adalah kawasan mangrove Desa Sungsang IV, satu dari 75 desa wisata yang diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pada penobatan  Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Tahun 2023, pada 13 Mei 2023 lalu.

Desa SungsangIV memiliki sejumlah potensi seperti daya tarik wisata, kuliner, dan semua desa wisata kelas nasional dan internasional. Selain kuliner, daya tarik wisata di Desa Sungsang IV ini adalah keberadaan pasir timbul, yang merupakan pulau baru yang terbentuk akibat  proses sedimentasi puluhan tahun lamanya. 

Pasir timbul ini menjadi destinasi tersendiri, dimana gugusan pohon-pohon khas mangrove bertumbuh. Pengunjung dapat menginjakkan kaki langsung di kawasan ini, mulai dari anak-anak dalam hal ekoeduwisata ini diketegorikan pelajar SD sampai orang dewasa. Pada kasawasan ini, edukasi yang diberikan dapat berupa penanaman anakan pohon dan pengenalan ekosistem pesisir.

Yang patut diacungi jempol adalah masyarakat Desa Sungsang IV telah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove sebagai penyangga ekosistem pesisir.

Dibantu dengan  keberadaan CIFOR (Center for International Forestry Research), pembibitan mangrove berbasis masyarakat telah dibangun di Desa Sungsang lV, diantaranya pondok penyimpanan dan singgah serta bedeng pembibitan dengan kapasitas 50.000 bibit. Saat ini akan diproduksi bibit dari 8 jenis mangrove dan menjadi salah satu lokasi utama untuk kegiatan edu-ekowisata. (*)

 

 

 

 

 

 

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan