Klaim Deflasi 4 Bulan Bukan karena Daya Beli Turun, Tapi Disebabkan Pasokan Melimpah
Pudji Ismartini-foto: ist-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Indonesia mengalami deflasi terhitung sejak Mei hingga Agustus 2024. Pada bulan ini, deflasi RI tercatat sebesar 0,03 persen secara bulanan atau month to month (mtm) pada Agustus 2024. Sedangkan secara tahunan atau year on year (yoy) terjadi inflasi sebesar 2,12 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan penyebab RI yang mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut disebabkan oleh pasokan yang melimpah. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyampaikan secara bulanan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan menjadi 106,06 pada Agustus dari sebelumnya 106,09 pada Juli 2024.
Saat ditanya terkait penyebab deflasi karena daya beli yang rendah, Pudji membantah. Karena untuk membuktikannya perlu ada kajian lebih mendalam terkait itu. "Saya tegaskan kembali bahwa fenomena deflasi 4 bulan ini lebih ditunjukkan dari sisi suplai, artinya masih terjadi di sisi penawaran. jika hal ini (deflasi) diduga karena berdampak pada pendapatan masyarakat di subsektor pertanian hortikultura pertanian dan peternakan maka kita perlu kaji lebih lanjut untuk membuktikan," kata Pudji.
Lebih lanjut, dia membeberkan deflasi yang berturut-turut pada tahun ini didukung sisi penawaran atau supply side yaitu andil deflasi disumbang karena penurunan harga pangan seperti produk tanaman pangan kemudian hortikultura dan peternakan. "Baik karena biaya produksinya yang turun sehingga harga di tingkat konsumen juga ikut turun. ini seiring dengan adanya panen raya sehingga pasokannya berlimpah dan akibatnya harganya juga ikut turun," lanjutnya.
BACA JUGA:Palembang Deflasi 0,27 Persen Sepanjang Agustus 2024
BACA JUGA:Pasar Murah Dijadwalkan Seminggu Sekali, Deflasi 3 Bulan Berturut-turut
Selain itu, dia juga menyebut biaya produksi seperti harga live bird hingga harga jagung pipilan untuk bahan pakan ternak juga ikut turun. "Hal ini mendorong deflasi telur ayam ras dan daging ayam ras. Ini artinya deflasi masih terjadi di sisi penawaran," ujarnya.
Meski begitu, BPS menduga deflasi terjadi karena masyarakat menahan belanja dari sisi konsumsi non-makanan. Sehingga permintaan itu menurun dari biasanya. "Untuk menjaga daya beli khususnya konsumsi masyarakat maka diduga rumah tangga menahan konsumsi non makanan, sehingga seharusnya terlihat pada turunnya permintaan atau demand dari konsumsi non-makanan," ucap dia.