YAICI: SKM Jadi Penyumbang Utama Stunting di Sumatera Selatan
YAICI bekerja sama dengan Majelis Kesehatan PP Muslimat NU mengadakan giat sosialisasi pentingnya menjaga gizi anak dan pencegahan stunting. -Foto: Dok. YAICI-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Yayasan Abhipraya Cendekia Indonesia (YAICI) menyatakan bahwa Susu Kental Manis (SKM) merupakan salah satu penyumbang tertinggi kasus stunting di Indonesia, termasuk di Sumatera Selatan.
Dalam upaya menanggulangi masalah ini, YAICI bekerja sama dengan Majelis Kesehatan PP Muslimat NU untuk mengadakan edukasi mengenai stunting, gizi buruk, dan berbagai persoalan terkait lainnya.
"Stunting disebabkan oleh apa yang dikonsumsi ibu dan anak. Kami ingin menyosialisasikan pentingnya menjaga gizi anak dan pencegahan stunting," ujar Ketua Harian YAICI, Arif Hidayat, di Palembang, Jumat.
Menurut survei sepanjang tahun 2023, angka stunting di Sumatera Selatan meningkat hingga mencapai 20,3 persen.
BACA JUGA:Infinix Xpad, Tablet 1 Jutaan dengan Fitur Lengkap, Cocok untuk Gaming dan Multitasking
BACA JUGA:Begini Cara Bertanya Pada Anak Remaja Agar Tak Merasa Diinterogasi
Arif menjelaskan bahwa kasus stunting yang tinggi masih banyak ditemukan di daerah-daerah, namun selisihnya dengan perkotaan tidak terlalu besar.
"Setelah melakukan survei di beberapa daerah di Kota Palembang, dari lima keluarga yang didatangi, tiga di antaranya mengalami stunting. Ternyata, rata-rata orang tua mereka memberikan SKM kepada anak-anaknya," jelas Arif.
Pihaknya terus berupaya meningkatkan status kesehatan gizi ibu dan anak melalui edukasi, sosialisasi, serta pencegahan stunting.
"Banyak orang masih beranggapan bahwa kental manis adalah susu, padahal 50 persen kandungannya adalah gula. Ini bisa memicu stunting," kata Arif.
BACA JUGA:Makna Merdeka Belajar bagi Anak Berkebutuhan Khusus
BACA JUGA:7 Manfaat Game Puzzle untuk Tumbuh Kembang Anak
Arif juga menjelaskan bahwa batas usia anak menurut indikator statistik adalah 5 tahun, sedangkan otak anak yang dapat diselamatkan dari stunting adalah hingga usia 2 tahun.
"Edukasi terkait gizi terus kami lakukan melalui kader sosialisasi, konseling ASI, imunisasi, dan berbagai kegiatan terkait lainnya yang selalu kami sampaikan kepada masyarakat," tambahnya.