Bahas Resiliensi RI dalam Pusaran Disrupsi Global
SEMINAR: FISIP Unsri menggelar seminar bertajuk “Resiliensi Indonesia dalam Pusaran Disrupsi Global”.-foto: kris/sumeks-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Seminar Nasional dan Call for Paper FISIP Unsri 2024 diharapkan bisa memberikan masukan yang bemanfaat bagi keilmuan. Hadir 3 narasumber nasional, yaitu Dr Tri Widodo W Utomo (Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Nagara LAN RI), Prof Dr Agus Pramusinto MDA (Guru Besar Administrasi Publik FISIP UGM), dan Dr Ir H Abdul Nadjib MM (Dosen FISIP Unsri).
“Manfaat seminar ini tentu tak hanya untuk Unsri, tapi juga Provinsi Sumsel dan Indonesia pada umumnya," terang Wakil Rektor 1 Bidang Akademik, Prof Dr Ir H Rujito Agus Suwigmyo MAgr di sela-sela acara di Gedung Fakultas Hukum Tower lantai 8, kemarin.
Dekan FISIP Unsri, Prof Dr Alfitri MSi, mengatakan, seminar ini rutin digelar setiap tahun dan kali ini mengambil tema “Resiliensi Indonesia dalam Pusaran Disrupsi Global”. Dijelaskan, khusus subtema Call for Paper Administrasi Publik New Public Governance, Manajemen Pelayanan Publik, Digital Governance, Akuntabilitas, Reformasi Birokrasi, Kebijakan Publik, Manajemen Sektor Publik.
Sementara Sosiologi mengangkat isu lingkungan, dampak perubahan iklim, dan isu gender, pemberdayaan masyarakat, Sosiologi Pendidikan. "Tak kalah penting Hubungan Internasional mengenai keamanan dan isu globalisasi, ekonomi politik global, politik luar n negeri, serta Ilmu Komunikasi," terangnya didampingi Wakil Dekan III FISIP Unsri, Dr Andries Lionardo SIP MSi.
BACA JUGA:Polisi Dalami Kronologis Tewasnya Mahasiswa Unsri, Masuk Kolong Truk Fuso
Menurutnya, kemampuan adabtif masyarakat karena kita dihadapkan pada pusaran global dimana informasi sangat cepat dan harus direspon cepat. "Seminar ini dapat melahirkan pemikiran baru yang bisa bermanfaat bagi masyarakat luas," terangnya. Dr Tri Widodo W Utomo, Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Nagara LAN RI berbicara tentang upaya penguatan resiliensi.
Katanya, Pemerintah masih mengandalkan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan migas hingga 2050. Salah satu yang diharapkan adalah penambahan produksi dari kegiatan eksplorasi. "Persoalannya, rendahnya eksplorasi saat ini menyulitkan pemenuhan target, mengingat butuh waktu lama bagi lapangan minyak untuk dapat," ucapnya.
Dijelaskan, arah kebijakan resiliensi yakni memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif, responsif, adaptif menghadapi bencana. Kemudian setiap negara harus berinvestasi dalam sains, teknologi dan inovasi termasuk menjamin akses dan pendanaan dan transfer teknologi. Lalu bangun infrastruktur yang tangguh bencana terhadap perubahan iklim.