Abaikan Gejala Awal Bisa Sebabkan PGK

*World Kidney Day di RSMH

PALEMBANG - Menyongsong Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day) pada 9 Maret. RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang, mengelar seminar kesehatan di lantai 8 Graha Eksekutif, kemarin (5/3). Seminar yang dipandu Maretha Triana itu, mengangkat tema Ginjal Sehat untuk Semua. Lalu antisipasi bencana, serta lindungi kelompok berisiko.

Adapun narasumber pada seminar itu yakni Dirut RSMH Dr Siti Khalimah Sp.KJ.MARS, aspek psikososial pada pasien GGK, Dr dr Zulkahair Ali SpPD.KGEH, antisipasi bencana pada pasien penyakit ginjal kronik. Kemudian Dr Eka Intan Sp.A(K) dan Dr Fadil Pramudya.

" Tubuh manusia membutuhkan ginjal, yang berfungsi menyaring hasil metabolisme tubuh," kata Dr Siti Khalimah. Organ gunjal  ini  berada dalam darah dan akan membuang hasil metabolisme yang tidak diperlukan tubuh melalui proses pembentukan urine.

Pasien yang menderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK), terus menjalani terapi rutin ke rumah sakit. Kondisi itulah, memicu munculnya depresi dan kotraproduktif dalam penyembuhan penyakitnya. Maka itu, tenaga  medis haruslah berikan motivasi dan support kepada pasien ini. " Supaya rasa depresi pasien menghilang dan menjalani terapi untuk mempertahankan hidupnya," ucapnya.

Sementara Dr Fadil Pramudya mengatakan, pasien yang menderita PGK hanya bisa  ditangani dengan cuci darah dan transplantasi ginjal. " Penanganan ini, harus mencari pendonor dan harus penuh syarat yang ada" ucapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan data menunjukkan, hampir  10 persen dari penduduk dunia terkena PGK. Ini  terjadi akibat gejala gagal ginjal awal , yang tidak segera diobati dan berangsur-angsur memburuk. Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2018, prevalensi PGK meningkat dua kali lipat menjadi 0,38% dari 0,2% pada 2013.

Sementara DR. Dr. H. Zulkhair Ali, Sp.PD, KGH, FINASIM, spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Dokter Moehamad Hoesin (RSMH) Palembang juga mengangkat tema  bagaimana melindungi pasien-pasien yang rentan terhadap kejadian-kejadian yang tidak diperkirakan.

Ia mengatakan,  saat ini pihaknya mengambil langkah -langkah dengan melaksanakan mitigasi bencana terhadap pasien-pasien ginjal karena menurutnya pasien-pasien ginjal ini rentan kalau terjadi bencana.

"Sebagai contoh ada bencana kemarin beberapa kali di Cianjur yang menyebabkan rumah sakitnya tidak berfungsi, sementara untuk pasien-pasien ginjal yang cuci darah tidak bisa lepas ini harus rutin. Bagaimana kalau dalam kondisi tiba-tiba lampunya mati seharian tidak ada suplai listrik bagaimana pasien-pasien cuci darah itu harus hidup sedangkan pasien-pasien ini tidak bisa menunda sehari pun jadi itulah yang sedang dirancang harus dipikirkan bagaimana upaya-upaya penganti untuk keadaan darurat,"ungkapnya

ia juga menjelaskan, pasien-pasien ginjal di RSMH Palembang terutama pasien yang rutin cuci darah cukup banyak peningkatan nya." Bahkan di seluruh Indonesia ini  pasien yang cuci darah itu lebih dari 100.000, khusus di RSMH ada sekitar 300-400 pasien cuci darah per bulan,"jelasnya lagi.

Lebih jauh dijelaskan, pasien yang cuci darah minimal seminggu 2 kali  jadi kalau satu bulan ada 8 kali. "Untuk alat cuci darah di RSMH ada 60 mesin alat,"sambungnya

Lanjutnya, Pengobatan  pasien ginjal meliputi pengobatan konservatif berupa diet dan obat obat-an, serta pengobatan pengganti ginjal seperti dialisis (hemodialisis memakai mesin, dan CAPD dilakukan sendiri dirumah) dan transplantasi ginjal,"ujar Kepala Divisi Ginjal Hipertensi, RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang / FK Universitas Sriwijaya Palembang

Dikatakan, paling penting deteksi awal mengenai penyakit ginjal. Namun, penyakit ginjal ini tidak ada gejala sekitar 70 persen. "Hanya sebagian kecil ada gejala seperti, sakit pinggang, sakit kencing,"jelasnya

Upaya pencegahan dengan deteksi dini dilakukan medical cekup sederhana seperti, cek urine, cek darah sederhana."Jika ada indikasi penyakit Ginjal, baru dilakukan pemeriksaan lanjutkan seperti USG. Namun, sayangnya kadang masyarakat sungkan untuk medical cekup karena takut ketauan jika ada penyakit, padahal jika tauh sejak dini akan dapat dilakukan pencegahan,"terangnya.

"Bagi yang belum terkena harus lakukan pencegahan kalau sudah jangan sampai progresofitas (jangan sampai berat). Kalau berat ya terpaksa harus cuci darah,"terangnya. Seraya mengatakan, Dialisis atau cuci darah dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium lima yaitu bila fungsi ginjal sudah dibawah 15 persen dan gangguan ginjal akut stadium tiga.

Istilah cuci darah biasanya berkonotasi bahwa sudah tidak ada harapan lagi dan hidup akan segera berakhir. Jadi dapat dibayangkan kalau kondisi ini dialami oleh seorang yang masih muda, usia produktif dan tulang punggung keluarga. Semua harapan, cita-cita dan karier yang dibangun selama ini seolah segera sirna seketika. "Umumnya keadaan ekonomi keluarga juga ikut terpengaruh, walaupun biaya pengobatan sudah dijamin BPJS,"tandasnya.(yud/nni/lia)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan