Hamas Resmi Umumkan Kepergian Pemimpin Politik dan Simbol Hamas Ismail Haniyeh, Ini Profilnya
ISMAIL HANIYEH. FOTO: reuters--
PALEMBANG,SUMATERAEKSPRES.ID-Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) secara resmi mengumumkan pada Rabu (31/7) bahwa kepala biro politiknya, Ismail Haniyeh, telah terbunuh dalam serangan Israel di kediamannya di ibu kota Iran, Teheran.
Hamas mengeluarkan pernyataan berduka atas Haniyeh, menyatakan bahwa dia dibunuh "dalam serangan pengecut Zionis di kediamannya di Teheran setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran." mengutip Antara.
Televisi negara Iran juga telah mengonfirmasi kematian Haniyeh di Teheran, melaporkan bahwa penyelidikan atas pembunuhan tersebut tengah berlangsung dan hasilnya akan diumumkan dalam waktu dekat.
Sedangkan itu, Israel belum mengomentari insiden besar ini.
Penampilan erakhir Haniyeh di hadapan publik adalah pada Selasa (30/7) pada upacara pelantikan Presiden Iran baru Masoud Pezeshkian di Teheran.
BACA JUGA:PBB: Pemboman Israel di Penampungan Air Pengungsi Palestina Langgar Hukum Humaniter Internasional
BACA JUGA:BUKA MATA, Hamas Serukan 3 Agustus Sebagai Hari Dukungan Internasional untuk Palestina dan Gaza
Haniyeh merupakan pemimpin politik Palestina yang terkenal dan simbol Hamas, yang menjabat sebagai perdana menteri Palestina antara tahun 2006 dan 2007.
Pada Mei 2017, ia terpilih untuk pertama kalinya sebagai kepala biro politik Hamas dan terpilih kembali untuk masa jabatan kedua pada 2021.
Sebelum aksi pembunuhan terhadap Haniyeh, Israel membunuh pendiri Hamas, Sheikh Ahmad Yasin, pada 22 Maret 2024, dan kemudian membunuh pemimpin terkemuka kelompok perlawanan, Abdel Aziz Al-Rantisi, pada 17 April.
Haniyeh menjabat dalam kepemimpinan Hamas selama 20 tahun, mengambil berbagai peran seperti pemimpin kelompok perlawanan di Gaza, wakil pemimpin, dan akhirnya pemimpin tertinggi.
Ismail Haniyeh berasal dari keluarga pengungsi yang diusir paksa dari desa Al-Jura dekat Gaza selama Nakba Palestina 1948.
Ia lahir pada tahun 1963 di Kamp Pengungsi Beach di barat Kota Gaza dan tinggal di sana hingga 2019 sebelum pindah ke Qatar untuk memimpin biro politik Hamas.
Pada tahun 1981, ia mendaftar di Universitas Islam Gaza dan lulus dari program Sastra Arab.