Pengobatan ala Kesultanan hingga Potret Kota Palembang di 1951 Terekam dalam Naskah Kuno
NASKAH KUNO: Tim Perpustakaan Nasional RI bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Palembang bersama MANASSA menjaga naskah kuno dengan cara mendigitalisasikannya sehingga dapat diakses semua kalangan. FOTO: EVAN ZUMARLIS/SUMEKS--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pengobatan ala Kesultanan Palembang yang sudah berabad lalu ataupun saat pembangunan jembatan Musi atau sekarang dikenal dengan Jembatan Ampera mungkin tidak dirasakan langsung oleh generasi saat ini.
Tapi, lewat naskah kuno dari masa lampau kita dapat mengenal dan melihat potret dari kehidupan masyarakat di masa lalu. Tranportasi yang digunakan ketika menyeberang Sungai Musi atau suasana Kota Palembang lebih dari 70 tahun silam.
BACA JUGA:Sejarah Kesultanan Palembang Darussalam: Kekuatan Islam di Sumatera Selatan!
BACA JUGA:Jubah Kebesaran Milik SMB II Jadi Koleksi, Kesultanan Palembang Darussalam
Karena itu, lewat program preservasi yang dilakukan tim Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Republik Indonesia, bersama Dinas Perpustakaan & Kearsipan Kota Palembang, dan Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) Dr Nyimas Umi Kalsum S.Ag, M.Hum dapat menjaga naskah kuno dan mendigitalisasinya sehingga dapat diakses semua kalangan.
Preservasi dilakukan sebanyak 99 judul/seri alih media, pembuatan kotak penyimpanan 22 judul, pembuatan amplop 33 judul, jilid ulang 6 judul, dan konservasi 8 judul (6 jilid, 2 lembaran) pada 22-26 Juli lalu.
Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) Dr Nyimas Umi Kalsum S.Ag, M.Hum mengatakan, preservasi yang dilakukan ada 57 naskah dari 4 pemilik.
Pemilik naskah kuno yang dilakukan preservasi, yaitu kemas Andi Syarifudin, Mas Agus Muhammad Jufri, Raden Wenni Bastari, dan Ki Agus Muhammad Irvan.
"57 naskah yang dilakukan preservasi ini penanganannya beraneka ragam, ada yang dipreservasi perbaikan dilaminasi menggunakan tisu Jepang, penjilidan ulang, ada juga yang dialih media (digitalisasi) saja, sehingga tidak semua dipreservasi karena kondisi dan tingkat keparahannya," ujarnya.
Semua naskah kuno dialihmediakan, tapi tidak semua dilakukan preservasi karena mengingat waktu dan kondisi naskah kunonya juga.
"Naskah kuno yang dilakukan preservasi maupun alih media ini sebelumnya dilakukan pembacaan naskah untuk mengidentifikasi naskah kuno tahun berapa, isinya apa, dan lainnya," katanya.
Dalam program preservasi naskah kuno yang dilakukan Perpustakaan Nasional RI, Dinas Perpustakaan & Kearsipan Kota Palembang dan Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA) ini naskah kuno tertua berasal dari tahun 1837.
Isinya tentang Kesultanan Palembang. Jika dilihat dari kertasnya yang berisi tentang keagamaan dan pengobatan.
Ada juga yang lama dari sye sihar budin 1657, kalau dilihat dari tulisannya tapi ini juga salinan. Kondisinya sudah lapuk karena korosif tinta.