Kredit Lejitkan Pasar Otomotif
PALEMBANG - Seorang penyair dan filsuf asal Jerman, Herman Hesse pernah berkata, “Pohon adalah tempat menumpang hidup.” Sebuah pohon memiliki unsur akar, batang, ranting, dan dedaunan yang dapat menyelamatkan hidup, membuat lebih bahagia, dan kuat secara mental.
Layaknya sebuah pohon, ekosistem industri otomotif juga punya unsur yang sama. Sektor ini menjadi tempat bergantung banyak orang sekaligus memacu perekonomian negeri. Produsen ibarat batang yang menghasilkan kendaraan (dedauan dan buah), sementara ranting pohon layaknya dealer yang memasarkannya ke konsumen.
Akarnya paling vital menjadi pondasi, menyerap air dan nutrisi untuk pertumbuhan. Disitulah perusahaan pembiayaan seperti finance (leasing) dan perbankan berperan, karena dapat mendorong tumbuh kembangnya ekosistem otomotif. Ketika perusahaan mendapat dan memberi stimulasi, mempermudah konsumen membeli kendaraan via kredit, pasar otomotif akan melaju. Sebaliknya, saat pandemi Covid-19, banyak perbankan dan leasing memperketat syarat kredit membuat market mobil baru dan bekas anjlok.
Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kurun waktu 8 tahun, periode 2012 hingga 2019, penjualan mobil baru selalu di atas 1 juta unit per tahun. Tetapi waktu Covid-19 melanda tahun 2020 tinggal separuhnya saja, hanya terjual 532.027 unit, turun 48,35 persen dari tahun sebelumnya, sementara 2021 naik menjadi 887.202 unit.
BACA JUGA : Segera Uji Coba Subsidi Tepat
Di masa recovery ekonomi 2022, dimana Pemerintah memberi relaksasi PPnBM DTP (Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah) hingga 100 persen dan bank serta finance mulai melonggarkan kreditnya, berhasil memacu penjualan mobil 1.048.040 unit.
Sebenarnya ini tak heran, seperti pernyataan Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi bahwa pembelian mobil oleh konsumen di Tanah Air mayoritas 70-80 persen menggunakan skema kredit, bahkan mobil komersial seluruhnya kredit.