Beri Contoh,  Jangan Dibanding-Bandingkan

Ajarkan Anak Ke Kamar Kecil

Anak-anak terkadang masih sulit  memiliki kebiasaan ke kamar kecil sendiri, tanpa di temani orang tuanya atau orang lebih dewasa.  Orangtua harus bisa mengajarkan anak agar mau dan memiliki kebiasaan ke kamar kecil sendiri apalagi jika sudah berusia  3-6 tahun ke atas.

///////////////

MELATIH buah hati untuk bisa ke kamar kecil sendiri saat ingin buang air kecil atau besar harus dilakukan orangtua. ”Kita juga harus memberi pemahaman anak mengenai prilaku yang diharapkan misalnya menjelaskan saat ingin pipis harus bilang ke ibu ayah atau menunjuk kamar mandi, ” ujar Dr. Anrilia Ema M N., S.Psi., M.Ed., Psikolog Psikolog Magna Penta Consulting, RS Hermina dan RSUD Siti Fatimah.

Kebiasaan ini sangat penting diajarkan dari hal - hal terkecil. ”Untuk memperkuat proses belajar, berikan contoh sesuai target perilaku yang diharapkan. Orang tua bisa mencontohkan saat ingin buang air kecil, segera ke kamar mandi,” katanya.

Pada tahap ini, orang tua lebih disarankan memberi contoh mengenai perilaku yang diharapkan, dari pada harus membandingkan dengan anak lain  yang sudah lebih dahulu bisa. ”Kebiasaan anak-anak itu harus di mulai dengan mencontohkan hal-hal yang mudah di pahaminya dulu,”jelasnya

Sebagai orang tua, lanjutnya,  jangan suka membandingkan anaknya dengan anak orang lain. ”Sebab membandingkan dengan orang lain yang kondisinya belum tentu sama tentu tidak bijaksana dan kurang mendukung proses belajar (membuat demotivasi),”ucapnya

Dikatakan,  dalam pase ini, orang tua mulai melatih dan mengamati kemajuan. ”Jika anak belum mampu melakukan perilaku target, ulang-ulangi terus,” sambungnya lagi

BACA JUGA : Tak Bertegur Sapa, Sajam yang Bicara

Berikan penguatan perilaku berupa reward saat anak berhasil melakukan perilaku sesuai target yang diinginkan meskipun sederhana. ”Pilih reward kecil yang menyenangkan anak. Misalnya, beri sticker gambar lucu, makanan sehat kesukaan anak, dan lainnya, hal ini guna agar anak semakin termotivasi,”katanya

Dikatakan, anak memilki kebiasaan yang tidak sesuai yang diinginkan orang tua. Sering kali sebagai orangtua, memarahi anak maupun membandingkan perilakunya dengan anak lain yang lebih baik.

”Harapannya adalah agar anak lebih termotivasi untuk bersikap dan memiliki kebiasaan  lebih baik. Padahal, sikap tersebut dapat menurunkan keyakinan diri anak, dan tidak membuatnya memahami alasan sebenarnya di balik perilaku yang harus ia lakukan,”ungkapnya

Misalnya, anak memiliki hobi seperti memanjat jendela, kemudian melarang dengan cara memarahinya, lalu anak menjadi tidak memanjat jendela, bukan karena ia paham bahwa itu berbahaya. melainkan karena didorong rasa takut dimarahi jika ia memanjat jendela tersebut.  ”Sebaiknya yang dilakukan orang tua adalah Pertama, biarkan anak menerima konsekuensi atas perilakunya. Misalnya, ia lari-lari lalu terjatuh. Maka ia menerima konsekuensi (yaitu jatuh) atas perilaku lari-lari nya. Dengan demikian, kali berikutnya pun ia akan lebih berhati-hati dalam berlari-lari,” ucapnya

Kebiasaan ini dengan catatan, bukan artinya orangtua membiarkan anak berperilaku yang membahayakan, misalnya lagi manjat-manjat kita diamkan. ”Tapi kita awasi jelaskan bahayanya jika ia sampai terjatuh,”urainya

Lebih jauh dijelaskanya, untuk anak yang lebih besar, orang tua dapat menjalin komunikasi membahas mengenai perilakunya. Misalnya saat ia melakukan kesalahan atas kebiasaanya bisa tanyakan kepadanya.  ”Saat ia merebut mainan punya orang lain, menurut kamu, jika kamu mengambil mainan punya teman kamu seperti tadi, bagaimana perasaan temanmu?,”tandasnya (nni)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan