Berlayar Sampai Perbatasan, Merajut Konektivitas Menekan Disparitas Harga

PERINTIS: KM Sabuk Nusantara menjadi kapal perintis yang menyinggahi pulau-pulau 3TP, sehingga merajut konektivitas dan meningkatkan mobilitas serta perekonomian warga. -Foto : IST-

Ia meminta keberadaan kapal perintis jangan hanya sampai di sini, tetapi berkelanjutan. Apalagi warga Tifure jauh dari ibukota provinsi, padahal mereka memerlukan angkutan laut yang memadai, infrastruktur, bahan pokok, dan lainnya.

Sementara Andi Wahyu Haris, Pengusaha Bidang Pembekuan Ikan di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara mengatakan semula ia hanya bisa memproduksi 6 ton ikan beku seminggu atau sebulan 24 ton. “Itu sebelum adanya kapal tol laut KM Logistik Nusantara 2 dari PT Pelni. Sekarang kehadirannya ke Pelabuhan Tahuna, Kepulauan Sangihe, produksi kami meningkat 60-80 ton perbulan sebab kami bisa memenuhi permintaan dari konsumen luar,” ujar Andi. 

Bahkan ia bisa mengirim ikan beku sampai ke Jakarta, meski Kepulauan Sangihe terpencil paling utara Sulawesi Utara, atau berjarak 251 kilometer dari Kota Manado, serta berbatasan langsung negara tetangga Filipina. “Keberadaan kapal tol laut membantu pekerjaan dan mempermudah pemasaran produk kayu kami,” tambah Andang Patilima, Pengusaha Kayu di Sangihe. 

Andang sempat kebingungan mengirim barang ke luar daerah walaupun sudah ada pembelinya, karena tidak ada armada logistik pengangkut. “Sekarang keberadaan kapal tol laut Pelni mempermudah kami mengirim kayu ke Bitung, Surabaya, dan kabupaten/kota lainnya,” imbuhnya kepada Pelni dikutip Sumatera Ekspres. Kapalnya sangat efisien, waktu pengiriman barang cepat, dan barang aman tidak ada istilahnya tertukar-tukar.

Tol laut sendiri merupakan konsep pengangkutan logistik kelautan yang dicetuskan Presiden RI Joko Widodo, menghubungkan pelabuhan-pelabuhan besar di Nusantara. Sejak peluncuran 2015, sudah ada 39 trayek tol laut dimana 10 trayek ditugaskan kepada Pelni.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Abdul Madhang mengatakan kapal tol laut berdampak sekali bagi masyarakat Sangihe. “Terutama soal ketersediaan stok bahan pokok dan mampu menekan disparitas harga,” paparnya. 

Adanya tol laut mempermudah distribusi barang-barang sembako, bahan bangunan, logistik, maupun ternak mengingat posisi geografis Sangihe yang terluar berbatasan dengan negara Filipina. Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada Kemenhub dan PT Pelni (Persero) sebagai operator yang melaksanakan pelayaran kapal tol laut. Harapannya program ini terus ditingkatkan karena memacu perekonomian daerah, menjamin stabilitas harga, dan antisipasi rawan pangan.

Pertumbuhan ekonomi pasca hadirnya kapal perintis dan tol laut tahun 2020 di Kepulauan Sangihe tercermin dari melajunya PDRB. Data BPS Kabupaten Kepulauan Sangihe menunjukan pada 2019, nilai PDRB ADHB (atas dasar harga berlaku) baru sebesar Rp4,25 triliun, lalu melesat di 2023 menjadi Rp5,65 triliun. Demikian pula PDRB ADHK (atas dasar harga konstan) 2010, pada 2019 baru Rp3 triliun menjadi Rp3,56 triliun di 2023. 

Sementara PDRB per Kapita ADHB dari Rp32,39 juta (2019) menjadi Rp39,83 juta (2023), dan PDRB per Kapita ADHK 2010 dari Rp22,95 juta menjadi Rp25 juta. Sektor mendominasi pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan kontribusi 28,12 persen pada 2023, menyusul perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil/sepeda motor 16,09 persen, dan administrasi pemerintahan serta jaminan sosial 10,57 persen.

Diketahui kinerja kapal tol laut Pelni sepanjang 2023 mencapai 13.653 TEUs, sementara 2024 ditarget 14.950 TEUS atau naik 9,5 persen. Hingga April 2024, Pelni telah mengangkut 3.979 TEUs, meliputi 3.044 TEUs muatan berangkat dan 945 TEUs muatan balik. Khusus muatan ternak, kapal ternak Pelni membawa 1.830 ekor, naik 11 persen dari periode sama 2023 sebanyak 1.650 ekor. Pelni optimistis kinerja produksi terus meningkat, seiring kolaborasi dengan pihak swasta untuk kerjasama skema hub and spoke. (fad)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan