Berlayar Sampai Perbatasan, Merajut Konektivitas Menekan Disparitas Harga

PERINTIS: KM Sabuk Nusantara menjadi kapal perintis yang menyinggahi pulau-pulau 3TP, sehingga merajut konektivitas dan meningkatkan mobilitas serta perekonomian warga. -Foto : IST-

SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID – Ada 17.508 pulau di Indonesia dengan total penduduk mencapai 281.603.800 jiwa. Dari jumlah itu mayoritas 13.466 pulau merupakan pulau-pulau kecil, 7 ribu pulau berpenghuni, dan 7.872 memiliki nama. Tak heran jika Indonesia disebut sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan negara maritim dengan luas wilayah laut mencapai 5,8 juta km2. 

Namun ini justru menjadi tantangan bagi Pemerintah RI bagaimana membangun daerah secara merata di seluruh Tanah Air, baik itu di bidang infrastruktur, perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya untuk kesejahteraan rakyat. Khususnya pada pulau-pulau berpenghuni yang berada di wilayah tertinggal, terluar, terdepan, dan perbatasan (3TP). 

BACA JUGA:Transformasi Pelni, Torehkan Laba Rp201,2 M

BACA JUGA:Meregang Nyawa dalam Lapas Disaksikan Anak-Istri, Tersangka Kasus Pencabulan Murid Jaranan Kepang di Musi Rawa

Kunci utama mewujudkan itu tentu membangun konektivitas (keterhubungan) antar pulau sampai ke wilayah 3TP, artinya Pemerintah harus menyediakan transportasi laut dan udara yang memadai. Peran ini sudah diupayakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sejak lama, salah satunya melalui pengembangan angkutan laut yang murah berupa kapal perintis ke ribuan pulau yang ada.

PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni mendapat penugasan khusus menjalankan rute kapal perintis dalam bentuk kewajiban pelayanan publik atau PSO (public service obligation) sejak akhir 2015. Kini Pelni melayani 42 trayek kapal perintis berkapasitas 500 orang ke pulau-pulau 3TP, dengan 273 pelabuhan dan 3.495 rute. 

Selain itu BUMN transportasi laut itu ditugasi menjalankan kapal tol laut (kapal barang/kontainer) dan kapal khusus ternak guna meningkatkan arus distribusi barang kebutuhan pokok dan hewan ternak sampai pulau 3TP, serta menekan disparitas (perbedaan) harga yang tinggi. Total ada 11 trayek tol laut, menyinggahi 50 pelabuhan dan 1 trayek khusus kapal ternak. Pelni juga memiliki 26 kapal penumpang, menyinggahi 71 pelabuhan dengan 1.058 ruas/rute, plus 16 Kapal Rede.

Karena perannya yang sangat vital, tak heran jika Komisi VI DPR RI menyetujui usulan penyertaan modal negara (PMN) TA 2025 dari Kementerian BUMN pada PT Pelni (Persero) sebesar Rp2,5 triliun dalam Rapat Kerja Kementerian BUMN bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu (10/7/2024). PMN ini direncanakan membeli 2 unit kapal baru mengganti kapal berusia di atas 30 tahun. Sementara PMN 2024, Pelni mendapat suntikan dana Rp1,5 triliun untuk membayar uang muka pembelian tiga unit kapal penumpang baru. 

Pemberian PMN untuk penambahan armada kapal cukup genting mengingat banyak sekali masyarakat membutuhkan angkutan laut yang lengkap dan terjadwal, khususnya warga pulau-pulau 3TP seperti Pulau Mayau, Kecamatan Batang Dua, Kota Ternate, Maluku Utara. Pulau ini merupakan pulau terluar Kota Ternate berjarak 121,8 kilometer dengan 12 jam perjalanan laut. 

Yulin Lungkang, warga Kelurahan Bido di Pulau Mayau, Kecamatan Pulau Batang Dua, Kota Ternate menceritakan sebelum masuk kapal perintis KM Sabuk Nusantara yang dioperatori PT Pelni, masyarakat Mayau hanya bisa naik kapal-kapal kecil atau kapal tenda. “Rasanya setengah mati, kalau hujan saya cepat-cepat lari. Mau lari kemana tidak tahu, yang penting tidak basah, sampai barang belanjaan sering berada di dermaga karena kapal ya cuma kapal tenda,” ungkapnya. 

Dikatakan, ia dua minggu sekali belanja ke Kota Bitung (Sulawesi Utara) membeli barang-barang sembako seperti beras, gula, terigu, minyak kelapa. “Sementara suami saya pekerjaannya mencari ikan untuk makan sehari-hari,” lanjut istri Demitrius Lete ini.

Sejak adanya KM Sabuk Nusantara, Yulin tak lagi menumpang kapal kecil yang berisiko pelayaran terutama saat ombak laut tinggi. Harga tiketnya juga lebih murah, Rp35.300 ribu per penumpang rute Bitung-Mayau. “Kami berharap kapal perintis Pelni ditambah lagi. Jangan sampai kami menunggu terlalu lama. Jadi setiap pekan selalu ada, supaya bisa satu minggu sekali saya ke Kota Bitung,” tutur Yulin.

Keegien Lopulalan, Ka Wilker Pelabuhan Laut Tifure, Kecamatan Pulau Batang Dua menuturkan pekerjaan masyarakat Tifure rata-rata nelayan dan petani. Kalau sedang musim cuaca buruk mereka kembali bertani. Jika buah kelapanya belum menghasilkan, mereka melaut lagi menangkap ikan.

Menurutnya, sebelum ada kapal perintis KM Sabuk Nusantara 105, warga biasa menggunakan perahu kecil jelajahi antar pulau. Misalnya dari Tifure ke Bitung, Ternate atau sebaliknya, jadi cukup mengancam keselamatan pelayaran. Maka itu kehadiran kapal perintis Pelni urgent guna memudahkan transportasi/mobilitas penduduk. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan